AL-QUR’AN SELALU
SESUAI DENGAN WAKTU DAN TEMPAT
A. PENDAHULUAN
Kaum
muslimin diseluruh dunia meyakini bahwa Alqur’an adalah salah satu kitab suci
yang diturunkan oleh Allah SWT untuk dijadikan sebagai petunjuk bagi seluruh
umat manusia (al-Israa’: 9) dalam menjalankan kehidupan ini. Kitab suci Allah
yang diturunkan sebelumnya adalah zabur, taurat dan Injil. Dengan demikian,
Alqur’an adalah kitab penyempurna dari kitab-kitab sebelumnya.
Konsekuensi
dari penyempurna kitab-kitab sebelumnya adalah Alqur’an haruslah shalih li
kulli zaman wal makaan (Alqur’an itu selalu cocok untuk setiap waktu dan
tempat). Lantas pertanyaannya adalah disaat Alqur’an terbatas dengan ruang dan
waktu kondisi Arab pada waktu itu, atau sebagaimana ungkapan Nasr Hamid Abu
Zayd “Al-qur’an adalah produk budaya Arab”, bagaimana agar Alqur’an itu sesuai
dengan zaman (waktu) dan tempat?.
Untuk
menjawab permasalahan di atas, Muhammad Syahrur seorang pemikir asal Syiria
mengatakan bahwa “Al-Qur’an harus selalu ditafsirkan sesuai dengan tuntutan kontemporer
yang dihadapi umat manuisa”.
Hal
senada pun dikatakan Muhammad Arkoun seorang pemikir Aljazair kontemporer
mengatakan bahwa “Al-Qur’an memberikan kemungkinan-kemungkinan arti yang tidak
terbatas. Kesan-kesan yang diberikan oleh ayat-ayatnya mengenai pemikiran dan
penjelasan pada tingkat wujud adalah mutlak. Dengan demikian ayat selalu
terbuka (untuk interpretasi) baru, tidak pernah pasti dan tertutup dalam
interpretasi tunggal”. Maka tidaklah berlebihan jika Al-Qur’an diibaratkan
seperti lautan yang tak bertepi, karena kandungan maknanya sangat luas atau
sebagaimana yang diungkapan oleh Dr. Darraz bahwa “ayat-ayat Al-Qur’an itu
bagaikan batu permata yang setiap sudut-sudutnya dapat memancarkan berbagai
ragam cahayanya. Cahaya-cahaya yang dipancarkannya itu tidak sama kesannya pada
masing-masing sisi, tergantung pada sudut pandang orang yang melihatnya”.
B. PEMBAHASAN
Agama
Islam sebagai agama samawi terakhir adalah agama penyempurna dari agama
sebelumnya, Islam datang bukan hanya untuk bangsa Arab akan tetapi untuk semua
manusia sampai akhir zaman tentu sebagai agama samawi terakhir agama Islam
membawa ajaran-ajaran selalu sesuai dengan perkembangan zaman dan tempat dan
Al-Qur’an sebagai kitab suci pedoman umat Islam sudah tentu juga sesuai dengan tempat
dan waktu.Jika tidak mana mungkin Al-Qur’an
menjadi pedoman umat sampai akhir zaman
Rahasia-rahasia
dalam al-Qur'an merupakan rahmat bagi orang beriman, dan di sisi lain,
al-Qur'an memberikan ancaman bagi orang-orang kafir, baik di dunia ini maupun di
akhirat kelak. Allah menjelaskan kenyataan ini dalam sebuah ayat sebagai
berikut:
"Dan Kami turunkan dari al-Qur'an suatu yang menjadi
penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan al-Qur'an itu hanyalah
menambah kerugian bagi orang-orang yang zalim." (Q.s. al-Isra': 82).
Ketika
seseorang membaca ayat-ayat Al-Qur’an, dan perhatiannya tertuju kepada
rahasia-rahasia yang terkandung dalam ayat ini, maka yang harus ia lakukan
adalah berusaha mengetahui maksud Allah di balik berbagai peristiwa, lalu memikirkan
segala sesuatunya berdasarkan al-Qur'an. Maka, orang-orang pun akan menyadari
dengan kesadaran yang mendalam tentang rahasia-rahasia tersebut, sehingga
al-Qur'an akan mengendalikan kehidupan mereka dan kehidupan orang lain.
Kebenaran
adalah apa yang dinyatakan dalam al-Qur'an. Siapa pun yang membaca al-Qur'an
dengan ikhlas, lalu memikirkan berbagai peristiwa berdasarkan al-Qur'an dan
iman, dan mendekatkan diri kepada Allah, ia akan melihat dengan jelas
rahasia-rahasia ini.
Kesesuaian Al-Qur’an dengan setiap waktu
dan tempat merupakan bentuk kemu’jizatan AlQur’an. Bukti-bukti daya kebenaran
kemu’jizatan Al-Qur’an dapat dilihat antara lain dari aspek keabadian bahasanya,
aspek isyarat ilmiahnya, aspek penetapan hukum dan aspek prediksinya tentang hal-hal
yang ghaib.Maka dari itu penulis akan sedikit membahas tentang sesuatu
peristiwa yang sebenarnya telah ada dalam al-Qur’an sejak dahulu tetapi baru
terungkap rahasianya pada abad sekarang ini.
1.
Dari Keabadian Bahasa Al-Qur’an
Dalam
aspek bahasa penulis hanya ingin mengatakan bahwa bahasa yang dipakai oleh
Al-Qur’an adalah bahasa Arab, bahasa
Arab Al-qur’an ini dari dulu sampai sekarang tetap tidak mengalami perubahan,
hal ini berbeda dengan kitab-kitab suci sebelumnya, yang telah mengalami
perubahan sesuai dengan perkembangan zaman,maka tidak heran kitab injil yang
ditulis seribu atau dua ratus tahun yang lalu berbeda dengan kitab Injil yang
ada sekarang.Bahasa Arab Al-Qur’an tidak mengalami perubahan, walaupun bahasa
Arab sendiri mengalami perkembangan.
Mungkin ada manfaatnya kita kemukakan lagi pandangan Hamka,
seorang tokoh Muhammadiyah, dalam bukunya “Pelajaran Agama Islam” yang
pernah menulis mengenai keaselian al-Qur’an dan pengalamannya dengan
orientalis:
“Dalam
perjalanan saya ke Amerika pada bulan Oktober 1952, sampailah saya menziarahi
Yale University di New Haven (Connecticut, U.S.A.). Di sana orang sedang
merayakan dan mensykuri selesainya satu pekerjaan besar yang telah dikerjakan
selama 15 tahun, dan panitianya terdiri dari 40 gereja. Yaitu menyalin kitab
Bible bahasa Inggeris dari salinan yang lama, yaitu dizaman pemerintahan King
James di tahun 1612.
Maka sejak tahun itu 1612 itu bahasa Inggeris sudah sangat jauh
perkembangannya. Sebab itu haruslah disesuaikan bahwa salinannya yang lama itu
dengan bahasa sekarang ini. 15 tahun bekerja 40 gereja membentuk panitia. Di dalam menentukan pemilihan satu-satu bahasa, kadang-kadang memakan waktu
berbulan-bulan. Kalau terjadi perselisihan, kadang-kadang terpaksalah diambil
hukum system! Padahal haruslah diakui bahwasanya system suara itu, tidaklah
selalu berjalan menurut garis benar dan salah. Tetapi yang nyata ialah
menurut garis menang dan kalah. Suara terbanyaklah yang menang!
Dan Yale University di dalam sejarah terkenal
bahwa dia termasuk University yang besar jasanya di dalam mempertahankan agama
Kristen dan penyiarannya.
Pada waktu itu saya dihantarkan oleh
seorang professor muda, Prof. Hendon. Beliaulah yang membawa saya berkeliling
melihat-lihat pameran kitab-kitab suci yang ditulis 200 tahun yang lalu, 600
tahun yang lalu, 800 tahun dan seterusnya. Ketika kami membicarakan soal
penyalinan itu beliau berkata, “Beruntunglan Tuan orang Islam! Sebab tuan
mempunyai Qur’an yang tidak usah diperkomitekan dan dipanitiakan, sebab tuan
mempunyai bahasa suci yagn aseli dan tetap. Bahkan bahasa Arab yang terpakai
setiap harilah yang harus disesuaikan kepada Qur’an, bukan Qur’an yang harus
disesuaikan kepada perkembangan bahasa.”
Dari pengalaman Hamka tersebut kita mengetahui, bahwa bahasa Inggris Bible
mengalami perubahan sesuai perkembangan waktu. Hal ini berbeda dengan bahasa
Arab Al-Qur’an, bukan bahasa Arab Al-Qur’an yang menyesuaikan dengan
sehari-hari, tetapi bahasa Arab sehari-hari itulah yang harus menyesuaikan
dengan Al-Qur’an.
2.
Isyarat
Ilmiah Dalam Al-Quran
Sebelum
menapaki pembahasan Ijaz ilmy dalam Al-Quran, perselisihan para ulama sudah
lama berlangsung antara pro dan kontra baik pada masa silam hingga masa
kontemporer. Dalam kitabnya Jawhir Al-Quran, Imam Al-Ghazali menerangkan pada
bab khusus bahwa seluruh cabang ilmu pengetahuan yang terdahulu dan yang
kemudian, baik yang telah diketahui maupun yang belum, semua bersumber dari
Al-Quran. Al-Imam As-Syatibi tidak sependapat dengan Al-Ghazali dalam kitabnya
Al-Muwafaqat, beliau berpendapat bahwa para sahabat tentu lebih mengetahui
Al-Quran dan apa-apa yang tercantum di dalam nya, tapi tidak seorang pun di
antara mereka yang menyatakan bahwa Al-Quran mencakup seluruh cabang ilmu
pengetahuan.
Menurut penulis, dalam bahasan hubungan Al-Quran dan Ilmu pengetahuan bukan dinilai dengan banyaknya cabang-cabang ilmu pengetahuan yang tersimpul di dalamnya, bukan pula dengan menunjukkan kebenaran teori-teori ilmiah, tetapi pembahasan hendaknya diletakkan pada proporsi yang lebih tepat sesuai dengan kemurnian dan kesucian Al-Quran dan sesuai juga dengan logika ilmu pengetahuan.
Maka
dari sini sebelum melangkah lebih jauh lagi terlebih dahulu perlu digaris
bawahi bahwa Al-Quran bukan suatu kitab ilmiah sebagaimana halnya kita-kitab
ilmiah yang dikenal selama ini. Dan letak kesalahan yang sudah umum adalah
bahwa mereka mencoba untuk mengaitkan Al-Quran dengan setiap teori-teori ilmiah
dan dengan kemajuan ilmu pengetahuan modern. Sesudah itu ternyata apa yang
dikaitkan tidak benar, karena mereka terlalu tergesa-gesa dalam membuat
keputusan. Mungkin tujuan mereka yang utama adalah hendak menguatkan Al-Quran
dengan ilmu pengetahuan. Akan tetapi sebenarnya Al-Quran itu tidak perlu
dikuatkan lagi dengan ilmu pengetahuan karena Al-Quran bukanlah sebuah buku ilmu
pengetahuan melainkan sebuah kitab petunjuk, akidah dan hidayah.
Mukjizat
keilmiahan Al-Quran berarti bukan terdirinya atau karena cakupannya atas
teori-teori ilmiah yang selalu terbaharui dan berganti sesuai dengan kemampuan
dan usaha manusia. Akan tetapi letaknya pada perintah untuk berfikir yang
menyuruh manusia untuk tadabbur dan berfikir hingga tidak lumpuh dan mandeg
pikirannya.
Perlu
ditekankan disini bahwa hakikat-hakikat ilmiah yang disinggung Al-Quran,
dikemukakaknnya dalam redaksi yang singkat dan sarat makna, sekaligus tidak
terlepas dari ciri umum redaksinya yakni memuaskan orang kebanyakan dan para
pemikir. Orang kebanyakan memahami redaksi tersebut ala kadarnya, sedangkan
para pemikir melalui renungan dan analisais mendapatkan makna-makna yang tidak
terjangkau oleh orang kebanyakan
Telah
jelas dalam Ilmu Allah, bahwasanya sesudah beberapa abad sejak diturunkan
Al-Quran. Dia mengetahui akan kedatangan segolongan manusia yang mengatakan
sekarang telah berlalu jaman keimanan, dan mulailah jaman ilmu pengetahuan. Karena itulah Allah telah mencantumkan dalam Al-Quran
mengenai gambaran-gambaran berbagai hakikat alamiah. Hal itu telah dijelaskan
terlebih dahulu sejak 14 abad yang silam, sebelum disingkap oleh akal manusia,
melainkan pada masa akhir-akhir ini saja.
Dari sini kita memperhatikan, bahwasanya AlQuran senantiasa memberikan pengertian yang baru mengenai kemukjizatannya. Sesuai dengan ayat berikut:
Kami akan memperlihatkan kepada mereka tand-tanda (kekuasaan) Kami di segenap ufuk dan pada diri mereka sindiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al-Quran adalah benar. (Q.S. Fushshilat, 41:53)
Seandainya Al-Quran menumpahkan semua pengertian atau
kemukjizatannya hanya dalam beberapa waktu, tahun, atau abad saja, niscaya
abad-abad selanjutnya akan dilalui tanpa ada lagi kemukjizatan yang timbul.
Oleh karena itulah Rasulullah Saw. tidak menafsirkan wahyu-wahyu yang turun
kepadanya selain hukum-hukum agama, sedangkan hukum Alam dari hal yang
disingkapkan oleh Allah mengenai ilmu yang akan dicapai oleh manusia di masa
depan, dan segala yang akan nyata bagi alam ini sesudah itu, maka Rasulullah
tidak menerangkan penafsirannya. Sebab akal ketika saat turun wahyu, masih
belum siap untuk memahami hakikat-hakikat alamiah itu. Maka yang diterangkan
pada waktu itu hanya sedikit saja.
Kembali kepada ayat diatas huruf sin dalam kalimat
Sanurihim menunjukkan waktu akan datang, dan waktu (masa) depan itu tidak ada
ujungya. Karena itu kita katakan bahwa Al-Quran akan terus berkelanjutan pada
generasi sekarang dan sesudahnya, hingga hari kiamat. Disini Allah telah
memberi tahu bahwa di masa depan akan tersingkap berbagai hakikat dan
keterangan bagi setiap generasi. Akan tetapi bukanlah berarti bahwa kita boleh
sewenang-wenang memberikan makna pada Al-Quran dengan sesuka hati, atau
diperlakukan sama seperti buku-buku lain. Padahal Al-Quran diturunkan bukan
untuk memberitakan rahasia-rahasia ilmu bangunan, astronomi, angkasa luar, atau
yang lainnya. Akan tetapi Al-Quran adalah sebuah kitab petunjuk. Sebagaimana
dijelaskan pada permulaan surat Al-Baqarah.
Sebagai contoh salah satu ayat yang menunjukkan isyarat ilmiah Al-Quran adalah Ihwal Awan
Sebagai contoh salah satu ayat yang menunjukkan isyarat ilmiah Al-Quran adalah Ihwal Awan
Tidakkah kamu melihat (bagaimana) Alllah mengarak awan, kemudian mengumpulkan (bagian-bagian)nya, kemudian menjadikannya bertindih-tindih, maka kamu melihat hujan keluar dari celah-celahnya (awan). Allah juga menurunkan (butiran-butiran) es bermula dari langit (yatiu dari gumpalan-gumpalan awan seperti) gunung-gunung, maka ditimpakannya kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan dipalingkannya dari siapa yang dikehendakiNya. Kailauan kilatnya hampr-hampir menghilangkan penglihatan. (QS An-Nur; 24:43)
Ayat ini berbicara tentang awan dan proses terjandinya
hujan. Hal-hal yang diinformasikan oleh ayat di atas adalah; Proses turunnya
hujan dimulai dari pembentukan awan tebal karena adanya dorongan angin sedikit
demi sedikit. Para ilmuwan menjelaskan bahwa awan tebal bermula dari dorongan
angin yang menggiring kawanan awan kecil menuju ke daerah pusat pertemuan awan
Pergerakan
bagian-bagian awan ini menyebabkan bertambahnya jumlah uap air dalam
perjalanannya terutama di sekitar pusarnya itu. (Tidakkah kamu melihat
bagaimana Allah mengarak awan). Awan yang dimaksud di sini adalah awan tebal.
Al-Quran juga menginformasikan bahwa angin berfungsi mengumpulkan bagian-bagian
awan tersebut.
Dalam ayat
lain dijelaskan
Kami meniupkan angin untuk mengawinkan, maka kami turunkan dari langit hujan dan sekali-kali bukanlah kamu yang menyimpannya (QS; Al-Hijr 15:22).
Kata
mengumpulkan dalam ayat An-Nur di atas sama maksudnya dan ditafsirkan caranya
oleh kata (mengawinkan) dalam ayat Al-Hijr ini. Hal ini berarti ada awan positf
dan awan negatif yang digabung oleh angin sehingga menurunkan hujan. Coba kita
cermati disini siapakah yang memberi tahu Nabi Muhammad Saw. Tentang proses
tersebut Padahal hakikat ilmiah ini baru saja ditemukan oleh para ilmuwan
Selain yang disebut di atas, masih terdapat sederetan
isyarat-isyarat Ilmiah Al-Quran yang dikemukakan oleh para pakar, yang tidak
dirinci pada makalah yang sangat terbatas ini, seperti teori Big bang dalam
QS Al-Anbiya' : 30, Garis edar planet dalam QS
Al-Anbiya : 33 dan QS Yaasiin : 38, ilmu pesawat dalam QSArrahman :33. Dan
masih banyak lagi yang semua isyarat itu bisa dipahami pada abad ini.
3. Aspek Prediksinya tentang Hal-Hal yang Ghaib.
3. Aspek Prediksinya tentang Hal-Hal yang Ghaib.
a. Berita
kemenangan bangsa Rumawi
Berita kemenangan bangsa Rumawi, Ahli Kitab, atas bangsa Persia, Kebenaran
prediksi Quran pada surat Ar-Rum menjadi kenyataan, ketika kerajaan Byzantium
Roma Timur setelah kalah akan menang kembali.
Alif Laam Miim.
Telah dikalahkan bangsa Rumawi. di negeri yang terdekat dan mereka sesudah
dikalahkan itu akan menang. dalam beberapa tahun lagi. Bagi Allah-lah urusan
sebelum dan sesudah (mereka menang).
Ayat ini turun sekitar tahun 620 M, hampir 7 tahun setelah Kerajaan Persia
mengalahkan Byzantium tahun 613-614. Kekalahan ini mengakibatkan Byzantium
mengalami kerugian yang sangat besar sehingga saat itu tampaknya tidak mungkin
akan bangkit. Dengan kekalahannya di Antioch tahun 613, Persia mengambil alih
kekuasan di Damaskus, Sisilia, Tarsus, Armenia, dan Jerusalem. Kehilangan
Jerusalem tahun 614 sangat berbekas bagi rakyat Byzantium karena tempat sucinya
dikuasai oleh Persia. Selain itu bangsa Avars, slav, dan Lombards menjadi
ancaman bagi kerajaan Byzantium. Bangsa Avar telah mencapai dinding
Contantinopel. Melihat hal itu, Raja Heraclius memerintahkan emas dan perak
dikumpulkan dalam gereja dan dilebur menjadi uang untuk membiayai perang. Ini
saja belum cukup lalu mereka menggunakan perunggu untuk membuat uang. Banyak
gubernur membakang terhadap perintah Heraclius, sehingga saat itu Byzantium di
ujung tanduk kehancuran. Mesopatamia, Cicilia, Syria, Palestina, mesir, dan
Armenia, yang sebelumnya dikuasai oleh Byzantium, telah jatuh ke Persia.
Singkat cerita, semua orang meramalkan bahwa Byzantium pasti akan hancur.
Akan tetapi ayat Quran yang turun kemudian meramalkan bahwa Byzantium akan
kembali menang/berjaya dalam kurun 3 sampai 9 tahun. Menurut orang Arab jahiliyah
saat itu, prediksi itu sangat mustahil.
Seperti prediksi-prediksi Quran lainnya, kemenangan Byzantium menjadi
kenyataan . Dalam tahun 622 M, Heraclius mendapat sejumlah kemenangan dan
menguasai Armenia. Pada bulan Desember 627 M, kedua pasukan bertempur di dekat
Nineveh, sekitar 50 km sebelah timur sungai Tigris, di Bagdad. Pertempuran ini
lagi-lagi dimenangkan oleh pasukan Byzantium. Beberapa bulan kemudian Persia
terpaksa menandatangani kesepakatan dengan Byzantium untuk mengembalikan
daerah-daerah yang diambilnya.
Suatu
informasi yang terungkap dengan turunnya surat ar-Rum itu adalah soal daerah
yang saat itu tidak diketahui oleh seorang manusia pun: mereka akan dikalahkan
di daerah terendah di muka bumi. Bahasa Arabnya adalah adna al-ard, banyak yang
menterjemahkan sebagai daerah terdekat. Ini bukanlah makna tulisan, melainkan
sebuah tafsiran. Kata adna diturunkan dari kata dani (rendah) , yang artinya
daerah rendah. Sehingga adna al-ard berarti tempat terendah di muka bumi, yaitu
di daerah Laut Mati. Maha Suci Allah.. daerah terendah itu baru diketahui
setelah ditemukannya alat-alat pengukur di jaman modern ini.
Tiga negara yang membatasi daerah laut Mati adalah Jordania, Palestina, dan
Syiria. Kedalaman daerah di sekitar laut mati adalah 394.6 m (1269 ft) di bawah
permukaan laut. Di kedalaman 40 m kadar garam Laut Mati mencapai 300 gram
garam/kilogram air laut. Orang bisa membaca sambil tiduran di air laut karena
berat jenis Laut Mati lebih besar dibanding BJ manusia.
b. Berita tentang Utuhnya Jasad Fir’aun
Informasi yang tertuang di dalam Al
Qur’an, mengenai Fir’aun yang hidup pada masa nabi
Musa AS (setelah ia tenggelam di laut), dan keberadaan jasadnya yang
masih utuh hingga hari ini, merupakan tanda-tanda kebesaran Allah SWT terhadap
alam semesta ini.
"Maka
pada hari ini kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi
orang-orang yang datang sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia
lengah dari tanda-tanda kekuasaan Kami." (QS. Yunus :
92)
Pada 1975, di Cairo (Mesir) berhasil
dilakukan pengambilan salah satu sampel organ tubuh berkat bantuan dari Prof.
Michel Durigon. Pemeriksaan yang sangat teliti dengan microscop,
menunjukkan kondisi utuh yang sangat sempurna dari objek penelitian itu.
keutuhan yang sangat sempurna seperti ini tidak mungkin terjadi andaikan jasad
tersebut berada (tenggelam) di dalam laut selama beberapa waktu, bahkan sekali
pun ia berada untuk waktu yang sekian lama di luar air, sebelum dilakukan
langkah pengawetan pertama.
Pemerintah Prancis menawarkan diri untuk
membantu meneliti jasad fir’aun.Pemimpin ahli bedah sekaligus penanggung jawab
utama dalam penelitian mumi ini adalah Prof. Dr. Maurice Bucaille. Bucaille adalah ahli bedah kenamaan Prancis,
dan pernah mengepalai klinik bedah di Universitas Paris. Hasil akhir yang
diperolehnya sangat mengejutkan. Sisa-sisa garam yang melekat pada tubuh mumi
adalah bukti terbesar, bahwa dia mati karena tenggelam. Jasadnya dikeluarkan dari laut, dan kemudian
di balsem untuk segera dijadikan mumi agar awet.
Penemuannya itu masih mengganjal dalam
pikiran sang professor. Bagaimana jasad tersebut bisa lebih baik dari
jasad-jasad mumi yang lain, padahal dia dikeluarkan dari laut?
Dalam pengecekan itu, tim medis berupaya
mengetahui sebab di balik kematian ‘ekspress’ akibat adanya memar di bagian
kepala tengkorak. Jelas pada setiap penelitian ini sangat sesuai dengan
kisah-kisah yang terdapat di dalam kitab-kitab suci, yang menyiratkan bahwa
Fir’aun sudah mati saat ombak menelannya.
Penelitian yang dilakukan para ilmuan pada
abad ini, membuktikan bahwa adanya kesesuaian antara Al-Qur’an dan
kejadian-kejadian serta teori-teori ilmiah sehingga Al-Qur’an dapat menembus
waktu dan tempat, walau Al-Qur’an diturunkan pada empat belas abad yang lalui
tetapi tetap up to dete.
Pemahaman terhadap isi al-quran akan didapat dengan penafsiran secara ilmiah
atau yang kita kenal Tafsir ilmi, tafsir ilmi dilakukan untuk menyelesaikan
permasalahan yang dihadapi pada masa sekarang.
Kelebihan tafsir ilmi adalah :
1.
Menjawab tantangan zaman
2.
Praktis dan sistmatis
3.
dinamis
4.
Membuat pemahaman utuh
Kekurangan tafsir ilmi adalah :
1.
Memenggal ayat al-Qur’an
2.
Membatasi Penafsiran
C.
PENUTUP
Dalam penutup ini kita mungkin harus sependapat
dengan Quraish Shihab untuk membumikan Al-Qur’an dan menjadikannya mampu
menyentuh realitas kehidupan. Manusia akan terus berubah
dalam dinamika yang tidak pernah surut. Sedang Al-Qur’an harus tetap
menjalankan fungsinya sebagai petunjuk dan ‘pengatur’ kehidupan manusia. Sebab Al-Qur’an
adalah petunjuk bagi umat manusia sebagai penyempurna dari kitab-kitab suci
sebelumnnya, sehingga Al-Qur’an selalu sesuai dengan waktu dan tempat.
Dari uraian pembahasan diatas dapat
disimpulkan bahwa :
1.
Al-Qur’an merupakan kitab suci yang
diturunkan Allah swt kepda Nabi Muhammad saw, sebagai petunjuk umat manusia
dari kegelapan dan menunjukkan kepada jalan yang lurus. Pemahaman atasnya tidak
pernah berhenti ataupun monoton, tetapi terus berkembang secara dinamis
mengikuti pergeseran zaman dan putaran sejarah. Inilah yang sebab tiap generasi
ingin selalu “mengkonsumsi” dan menjadikan al-Qur’an sebagai pedoman hidup,
bahkan kadang-kadang sebagai legitimasi bagi tindakan dan perilakunya.
2.
Mukjizat keilmiahan Al-Quran berarti bukan terdirinya
atau karena cakupannya atas teori-teori ilmiah yang selalu terbaharui dan
berganti sesuai dengan kemampuan dan usaha manusia. Akan tetapi letaknya pada
perintah untuk berfikir yang menyuruh manusia untuk tadabbur dan berfikir
hingga tidak lumpuh dan mandeg pikirannya.
3.
Umat Islam hendaknya menjadi pelopor dan mampu mengambil
dan menggali rahasia-rahasia yang terkandung dalam Ayat-ayat Al-Qur’an sehinnga
tidak terkesan ayat-ayat ini hanya menjadi alat pembenar terhadap teori-teori
yang ditemukan oleh Barat, tetapi seharusnya ayat-ayat Al-Qur’an menjadi
inspirasi bagi kaum muslimin dalam menemukan teori-teori baru berdasarkan
Al-Qur’an untuk kehidupan.
4.
Untuk mendapat keilmiahan Al-qur’an maka perlu Tafsir
ilmi terhadap al-Qur’an
Sekian
pemaparan makalah tentang Al-Qur’an dapat selalu sesui dengan waktu dan tempat.
Semuaga bermanfaat.Allahu A’lam bisshowab
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Ash-Shobuni, Ali, Pengantar
Ilmu-Ilmu al-Qur’an,al-ikhlas, Surabya,1983
Ash-Shiddiqy, Hasbi, Prof.Dr., Sejarah Pengantar Ilmu
al-Qur’an / Tafsir, Bulan Bintang, 1992
Assrafil Anawar. Makalah
Tifsirul Ilmi, 2000
Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnya, Penerbit
Al-Hidayah,Surabaya, 1998
Kencana,Inu, Pengantar Filsafat, Rafika
aditama,Bandung, 2007
Muhaimin, Prof ,Dr, Kawasan dan Wawasan Studi Islam,Kencana,
Jakarta,2005
Quraish Shihab,Membumikan Al-Qur’an, Mizan, Bandung
1994
Tidak ada komentar:
Posting Komentar