Senin, 02 April 2012

AL-QUR’AN SELALU SESUAI DENGAN WAKTU DAN TEMPAT


AL-QUR’AN SELALU SESUAI DENGAN WAKTU DAN TEMPAT

A.     PENDAHULUAN
Kaum muslimin diseluruh dunia meyakini bahwa Alqur’an adalah salah satu kitab suci yang diturunkan oleh Allah SWT untuk dijadikan sebagai petunjuk bagi seluruh umat manusia (al-Israa’: 9) dalam menjalankan kehidupan ini. Kitab suci Allah yang diturunkan sebelumnya adalah zabur, taurat dan Injil. Dengan demikian, Alqur’an adalah kitab penyempurna dari kitab-kitab sebelumnya.
Konsekuensi dari penyempurna kitab-kitab sebelumnya adalah Alqur’an haruslah shalih li kulli zaman wal makaan (Alqur’an itu selalu cocok untuk setiap waktu dan tempat). Lantas pertanyaannya adalah disaat Alqur’an terbatas dengan ruang dan waktu kondisi Arab pada waktu itu, atau sebagaimana ungkapan Nasr Hamid Abu Zayd “Al-qur’an adalah produk budaya Arab”, bagaimana agar Alqur’an itu sesuai dengan zaman (waktu) dan tempat?.
Untuk menjawab permasalahan di atas, Muhammad Syahrur seorang pemikir asal Syiria mengatakan bahwa “Al-Qur’an harus selalu ditafsirkan sesuai dengan tuntutan kontemporer yang dihadapi umat manuisa”.
Hal senada pun dikatakan Muhammad Arkoun seorang pemikir Aljazair kontemporer mengatakan bahwa “Al-Qur’an memberikan kemungkinan-kemungkinan arti yang tidak terbatas. Kesan-kesan yang diberikan oleh ayat-ayatnya mengenai pemikiran dan penjelasan pada tingkat wujud adalah mutlak. Dengan demikian ayat selalu terbuka (untuk interpretasi) baru, tidak pernah pasti dan tertutup dalam interpretasi tunggal”. Maka tidaklah berlebihan jika Al-Qur’an diibaratkan seperti lautan yang tak bertepi, karena kandungan maknanya sangat luas atau sebagaimana yang diungkapan oleh Dr. Darraz bahwa “ayat-ayat Al-Qur’an itu bagaikan batu permata yang setiap sudut-sudutnya dapat memancarkan berbagai ragam cahayanya. Cahaya-cahaya yang dipancarkannya itu tidak sama kesannya pada masing-masing sisi, tergantung pada sudut pandang orang yang melihatnya”.

B.     PEMBAHASAN
Agama Islam sebagai agama samawi terakhir adalah agama penyempurna dari agama sebelumnya, Islam datang bukan hanya untuk bangsa Arab akan tetapi untuk semua manusia sampai akhir zaman tentu sebagai agama samawi terakhir agama Islam membawa ajaran-ajaran selalu sesuai dengan perkembangan zaman dan tempat dan Al-Qur’an sebagai kitab suci pedoman umat Islam sudah tentu juga sesuai dengan tempat dan waktu.Jika tidak mana mungkin Al-Qur’an  menjadi pedoman umat sampai akhir zaman
Rahasia-rahasia dalam al-Qur'an merupakan rahmat bagi orang beriman, dan di sisi lain, al-Qur'an memberikan ancaman bagi orang-orang kafir, baik di dunia ini maupun di akhirat kelak. Allah menjelaskan kenyataan ini dalam sebuah ayat sebagai berikut:


"Dan Kami turunkan dari al-Qur'an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan al-Qur'an itu hanyalah menambah kerugian bagi orang-orang yang zalim." (Q.s. al-Isra': 82).
Ketika seseorang membaca ayat-ayat Al-Qur’an, dan perhatiannya tertuju kepada rahasia-rahasia yang terkandung dalam ayat ini, maka yang harus ia lakukan adalah berusaha mengetahui maksud Allah di balik berbagai peristiwa, lalu memikirkan segala sesuatunya berdasarkan al-Qur'an. Maka, orang-orang pun akan menyadari dengan kesadaran yang mendalam tentang rahasia-rahasia tersebut, sehingga al-Qur'an akan mengendalikan kehidupan mereka dan kehidupan orang lain.
Kebenaran adalah apa yang dinyatakan dalam al-Qur'an. Siapa pun yang membaca al-Qur'an dengan ikhlas, lalu memikirkan berbagai peristiwa berdasarkan al-Qur'an dan iman, dan mendekatkan diri kepada Allah, ia akan melihat dengan jelas rahasia-rahasia ini.

Kesesuaian Al-Qur’an dengan setiap waktu dan tempat merupakan bentuk kemu’jizatan AlQur’an. Bukti-bukti daya kebenaran kemu’jizatan Al-Qur’an dapat dilihat antara lain dari aspek keabadian bahasanya, aspek isyarat ilmiahnya, aspek penetapan hukum dan aspek prediksinya tentang hal-hal yang ghaib.Maka dari itu penulis akan sedikit membahas tentang sesuatu peristiwa yang sebenarnya telah ada dalam al-Qur’an sejak dahulu tetapi baru terungkap rahasianya pada abad sekarang ini.
1.         Dari  Keabadian Bahasa Al-Qur’an
Dalam aspek bahasa penulis hanya ingin mengatakan bahwa bahasa yang dipakai oleh Al-Qur’an  adalah bahasa Arab, bahasa Arab Al-qur’an ini dari dulu sampai sekarang tetap tidak mengalami perubahan, hal ini berbeda dengan kitab-kitab suci sebelumnya, yang telah mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan zaman,maka tidak heran kitab injil yang ditulis seribu atau dua ratus tahun yang lalu berbeda dengan kitab Injil yang ada sekarang.Bahasa Arab Al-Qur’an tidak mengalami perubahan, walaupun bahasa Arab sendiri mengalami perkembangan.
Mungkin ada manfaatnya kita kemukakan lagi pandangan Hamka, seorang tokoh Muhammadiyah, dalam bukunya “Pelajaran Agama Islam” yang pernah menulis mengenai keaselian al-Qur’an dan pengalamannya dengan orientalis:
 “Dalam perjalanan saya ke Amerika pada bulan Oktober 1952, sampailah saya menziarahi Yale University di New Haven (Connecticut, U.S.A.). Di sana orang sedang merayakan dan mensykuri selesainya satu pekerjaan besar yang telah dikerjakan selama 15 tahun, dan panitianya terdiri dari 40 gereja. Yaitu menyalin kitab Bible bahasa Inggeris dari salinan yang lama, yaitu dizaman pemerintahan King James di tahun 1612.
Maka sejak tahun itu 1612 itu bahasa Inggeris sudah sangat jauh perkembangannya. Sebab itu haruslah disesuaikan bahwa salinannya yang lama itu dengan bahasa sekarang ini. 15 tahun bekerja 40 gereja membentuk panitia. Di dalam menentukan pemilihan satu-satu bahasa, kadang-kadang memakan waktu berbulan-bulan. Kalau terjadi perselisihan, kadang-kadang terpaksalah diambil hukum system! Padahal haruslah diakui bahwasanya system suara itu, tidaklah selalu berjalan menurut garis benar dan salah. Tetapi yang nyata ialah menurut garis menang dan kalah. Suara terbanyaklah yang menang!

Dan Yale University di dalam sejarah terkenal bahwa dia termasuk University yang besar jasanya di dalam mempertahankan agama Kristen dan penyiarannya.
 Pada waktu itu saya dihantarkan oleh seorang professor muda, Prof. Hendon. Beliaulah yang membawa saya berkeliling melihat-lihat pameran kitab-kitab suci yang ditulis 200 tahun yang lalu, 600 tahun yang lalu, 800 tahun dan seterusnya. Ketika kami membicarakan soal penyalinan itu beliau berkata, “Beruntunglan Tuan orang Islam! Sebab tuan mempunyai Qur’an yang tidak usah diperkomitekan dan dipanitiakan, sebab tuan mempunyai bahasa suci yagn aseli dan tetap. Bahkan bahasa Arab yang terpakai setiap harilah yang harus disesuaikan kepada Qur’an, bukan Qur’an yang harus disesuaikan kepada perkembangan bahasa.”

Dari pengalaman Hamka tersebut kita mengetahui, bahwa bahasa Inggris Bible mengalami perubahan sesuai perkembangan waktu. Hal ini berbeda dengan bahasa Arab Al-Qur’an, bukan bahasa Arab Al-Qur’an yang menyesuaikan dengan sehari-hari, tetapi bahasa Arab sehari-hari itulah yang harus menyesuaikan dengan Al-Qur’an.

2.                  Isyarat Ilmiah Dalam Al-Quran
Sebelum menapaki pembahasan Ijaz ilmy dalam Al-Quran, perselisihan para ulama sudah lama berlangsung antara pro dan kontra baik pada masa silam hingga masa kontemporer. Dalam kitabnya Jawhir Al-Quran, Imam Al-Ghazali menerangkan pada bab khusus bahwa seluruh cabang ilmu pengetahuan yang terdahulu dan yang kemudian, baik yang telah diketahui maupun yang belum, semua bersumber dari Al-Quran. Al-Imam As-Syatibi tidak sependapat dengan Al-Ghazali dalam kitabnya Al-Muwafaqat, beliau berpendapat bahwa para sahabat tentu lebih mengetahui Al-Quran dan apa-apa yang tercantum di dalam nya, tapi tidak seorang pun di antara mereka yang menyatakan bahwa Al-Quran mencakup seluruh cabang ilmu pengetahuan.

Menurut penulis, dalam bahasan hubungan Al-Quran dan Ilmu pengetahuan bukan dinilai dengan banyaknya cabang-cabang ilmu pengetahuan yang tersimpul di dalamnya, bukan pula dengan menunjukkan kebenaran teori-teori ilmiah, tetapi pembahasan hendaknya diletakkan pada proporsi yang lebih tepat sesuai dengan kemurnian dan kesucian Al-Quran dan sesuai juga dengan logika ilmu pengetahuan.

Maka dari sini sebelum melangkah lebih jauh lagi terlebih dahulu perlu digaris bawahi bahwa Al-Quran bukan suatu kitab ilmiah sebagaimana halnya kita-kitab ilmiah yang dikenal selama ini. Dan letak kesalahan yang sudah umum adalah bahwa mereka mencoba untuk mengaitkan Al-Quran dengan setiap teori-teori ilmiah dan dengan kemajuan ilmu pengetahuan modern. Sesudah itu ternyata apa yang dikaitkan tidak benar, karena mereka terlalu tergesa-gesa dalam membuat keputusan. Mungkin tujuan mereka yang utama adalah hendak menguatkan Al-Quran dengan ilmu pengetahuan. Akan tetapi sebenarnya Al-Quran itu tidak perlu dikuatkan lagi dengan ilmu pengetahuan karena Al-Quran bukanlah sebuah buku ilmu pengetahuan melainkan sebuah kitab petunjuk, akidah dan hidayah.

Mukjizat keilmiahan Al-Quran berarti bukan terdirinya atau karena cakupannya atas teori-teori ilmiah yang selalu terbaharui dan berganti sesuai dengan kemampuan dan usaha manusia. Akan tetapi letaknya pada perintah untuk berfikir yang menyuruh manusia untuk tadabbur dan berfikir hingga tidak lumpuh dan mandeg pikirannya.

Perlu ditekankan disini bahwa hakikat-hakikat ilmiah yang disinggung Al-Quran, dikemukakaknnya dalam redaksi yang singkat dan sarat makna, sekaligus tidak terlepas dari ciri umum redaksinya yakni memuaskan orang kebanyakan dan para pemikir. Orang kebanyakan memahami redaksi tersebut ala kadarnya, sedangkan para pemikir melalui renungan dan analisais mendapatkan makna-makna yang tidak terjangkau oleh orang kebanyakan

Telah jelas dalam Ilmu Allah, bahwasanya sesudah beberapa abad sejak diturunkan Al-Quran. Dia mengetahui akan kedatangan segolongan manusia yang mengatakan sekarang telah berlalu jaman keimanan, dan mulailah jaman ilmu pengetahuan. Karena itulah Allah telah mencantumkan dalam Al-Quran mengenai gambaran-gambaran berbagai hakikat alamiah. Hal itu telah dijelaskan terlebih dahulu sejak 14 abad yang silam, sebelum disingkap oleh akal manusia, melainkan pada masa akhir-akhir ini saja.

Dari sini kita memperhatikan, bahwasanya AlQuran senantiasa memberikan pengertian yang baru mengenai kemukjizatannya. Sesuai dengan ayat berikut:




Kami akan memperlihatkan kepada mereka tand-tanda (kekuasaan) Kami di segenap ufuk dan pada diri mereka sindiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al-Quran adalah benar. (Q.S. Fushshilat, 41:53)

Seandainya Al-Quran menumpahkan semua pengertian atau kemukjizatannya hanya dalam beberapa waktu, tahun, atau abad saja, niscaya abad-abad selanjutnya akan dilalui tanpa ada lagi kemukjizatan yang timbul. Oleh karena itulah Rasulullah Saw. tidak menafsirkan wahyu-wahyu yang turun kepadanya selain hukum-hukum agama, sedangkan hukum Alam dari hal yang disingkapkan oleh Allah mengenai ilmu yang akan dicapai oleh manusia di masa depan, dan segala yang akan nyata bagi alam ini sesudah itu, maka Rasulullah tidak menerangkan penafsirannya. Sebab akal ketika saat turun wahyu, masih belum siap untuk memahami hakikat-hakikat alamiah itu. Maka yang diterangkan pada waktu itu hanya sedikit saja.

Kembali kepada ayat diatas huruf sin dalam kalimat Sanurihim menunjukkan waktu akan datang, dan waktu (masa) depan itu tidak ada ujungya. Karena itu kita katakan bahwa Al-Quran akan terus berkelanjutan pada generasi sekarang dan sesudahnya, hingga hari kiamat. Disini Allah telah memberi tahu bahwa di masa depan akan tersingkap berbagai hakikat dan keterangan bagi setiap generasi. Akan tetapi bukanlah berarti bahwa kita boleh sewenang-wenang memberikan makna pada Al-Quran dengan sesuka hati, atau diperlakukan sama seperti buku-buku lain. Padahal Al-Quran diturunkan bukan untuk memberitakan rahasia-rahasia ilmu bangunan, astronomi, angkasa luar, atau yang lainnya. Akan tetapi Al-Quran adalah sebuah kitab petunjuk. Sebagaimana dijelaskan pada permulaan surat Al-Baqarah.
Sebagai contoh salah satu ayat yang menunjukkan isyarat ilmiah Al-Quran adalah Ihwal Awan





Tidakkah kamu melihat (bagaimana) Alllah mengarak awan, kemudian mengumpulkan (bagian-bagian)nya, kemudian menjadikannya bertindih-tindih, maka kamu melihat hujan keluar dari celah-celahnya (awan). Allah juga menurunkan (butiran-butiran) es bermula dari langit (yatiu dari gumpalan-gumpalan awan seperti) gunung-gunung, maka ditimpakannya kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan dipalingkannya dari siapa yang dikehendakiNya. Kailauan kilatnya hampr-hampir menghilangkan penglihatan. (QS An-Nur; 24:43)

Ayat ini berbicara tentang awan dan proses terjandinya hujan. Hal-hal yang diinformasikan oleh ayat di atas adalah; Proses turunnya hujan dimulai dari pembentukan awan tebal karena adanya dorongan angin sedikit demi sedikit. Para ilmuwan menjelaskan bahwa awan tebal bermula dari dorongan angin yang menggiring kawanan awan kecil menuju ke daerah pusat pertemuan awan

Pergerakan bagian-bagian awan ini menyebabkan bertambahnya jumlah uap air dalam perjalanannya terutama di sekitar pusarnya itu. (Tidakkah kamu melihat bagaimana Allah mengarak awan). Awan yang dimaksud di sini adalah awan tebal. Al-Quran juga menginformasikan bahwa angin berfungsi mengumpulkan bagian-bagian awan tersebut.
Dalam ayat lain dijelaskan




Kami meniupkan angin untuk mengawinkan, maka kami turunkan dari langit hujan dan sekali-kali bukanlah kamu yang menyimpannya (QS; Al-Hijr 15:22).

Kata mengumpulkan dalam ayat An-Nur di atas sama maksudnya dan ditafsirkan caranya oleh kata (mengawinkan) dalam ayat Al-Hijr ini. Hal ini berarti ada awan positf dan awan negatif yang digabung oleh angin sehingga menurunkan hujan. Coba kita cermati disini siapakah yang memberi tahu Nabi Muhammad Saw. Tentang proses tersebut Padahal hakikat ilmiah ini baru saja ditemukan oleh para ilmuwan
Selain yang disebut di atas, masih terdapat sederetan isyarat-isyarat Ilmiah Al-Quran yang dikemukakan oleh para pakar, yang tidak dirinci pada makalah yang sangat terbatas ini, seperti teori Big bang  dalam QS Al-Anbiya' : 30, Garis edar planet dalam  QS Al-Anbiya : 33 dan QS Yaasiin : 38, ilmu pesawat dalam QSArrahman :33. Dan masih banyak lagi yang semua isyarat itu bisa dipahami pada abad ini.

3. Aspek Prediksinya tentang Hal-Hal yang Ghaib.

a. Berita kemenangan bangsa Rumawi
Berita kemenangan bangsa Rumawi, Ahli Kitab, atas bangsa Persia, Kebenaran prediksi Quran pada surat Ar-Rum menjadi kenyataan, ketika kerajaan Byzantium Roma Timur setelah kalah akan menang kembali.


Alif Laam Miim. Telah dikalahkan bangsa Rumawi. di negeri yang terdekat dan mereka sesudah dikalahkan itu akan menang. dalam beberapa tahun lagi. Bagi Allah-lah urusan sebelum dan sesudah (mereka menang).
Ayat ini turun sekitar tahun 620 M, hampir 7 tahun setelah Kerajaan Persia mengalahkan Byzantium tahun 613-614. Kekalahan ini mengakibatkan Byzantium mengalami kerugian yang sangat besar sehingga saat itu tampaknya tidak mungkin akan bangkit. Dengan kekalahannya di Antioch tahun 613, Persia mengambil alih kekuasan di Damaskus, Sisilia, Tarsus, Armenia, dan Jerusalem. Kehilangan Jerusalem tahun 614 sangat berbekas bagi rakyat Byzantium karena tempat sucinya dikuasai oleh Persia. Selain itu bangsa Avars, slav, dan Lombards menjadi ancaman bagi kerajaan Byzantium. Bangsa Avar telah mencapai dinding Contantinopel. Melihat hal itu, Raja Heraclius memerintahkan emas dan perak dikumpulkan dalam gereja dan dilebur menjadi uang untuk membiayai perang. Ini saja belum cukup lalu mereka menggunakan perunggu untuk membuat uang. Banyak gubernur membakang terhadap perintah Heraclius, sehingga saat itu Byzantium di ujung tanduk kehancuran. Mesopatamia, Cicilia, Syria, Palestina, mesir, dan Armenia, yang sebelumnya dikuasai oleh Byzantium, telah jatuh ke Persia.
Singkat cerita, semua orang meramalkan bahwa Byzantium pasti akan hancur. Akan tetapi ayat Quran yang turun kemudian meramalkan bahwa Byzantium akan kembali menang/berjaya dalam kurun 3 sampai 9 tahun. Menurut orang Arab jahiliyah saat itu, prediksi itu sangat mustahil.
Seperti prediksi-prediksi Quran lainnya, kemenangan Byzantium menjadi kenyataan . Dalam tahun 622 M, Heraclius mendapat sejumlah kemenangan dan menguasai Armenia. Pada bulan Desember 627 M, kedua pasukan bertempur di dekat Nineveh, sekitar 50 km sebelah timur sungai Tigris, di Bagdad. Pertempuran ini lagi-lagi dimenangkan oleh pasukan Byzantium. Beberapa bulan kemudian Persia terpaksa menandatangani kesepakatan dengan Byzantium untuk mengembalikan daerah-daerah yang diambilnya.
Suatu informasi yang terungkap dengan turunnya surat ar-Rum itu adalah soal daerah yang saat itu tidak diketahui oleh seorang manusia pun: mereka akan dikalahkan di daerah terendah di muka bumi. Bahasa Arabnya adalah adna al-ard, banyak yang menterjemahkan sebagai daerah terdekat. Ini bukanlah makna tulisan, melainkan sebuah tafsiran. Kata adna diturunkan dari kata dani (rendah) , yang artinya daerah rendah. Sehingga adna al-ard berarti tempat terendah di muka bumi, yaitu di daerah Laut Mati. Maha Suci Allah.. daerah terendah itu baru diketahui setelah ditemukannya alat-alat pengukur di jaman modern ini.
Tiga negara yang membatasi daerah laut Mati adalah Jordania, Palestina, dan Syiria. Kedalaman daerah di sekitar laut mati adalah 394.6 m (1269 ft) di bawah permukaan laut. Di kedalaman 40 m kadar garam Laut Mati mencapai 300 gram garam/kilogram air laut. Orang bisa membaca sambil tiduran di air laut karena berat jenis Laut Mati lebih besar dibanding BJ manusia.
b. Berita tentang Utuhnya Jasad Fir’aun
Informasi yang tertuang di dalam Al Qur’an, mengenai Fir’aun yang hidup pada masa nabi Musa AS (setelah ia tenggelam di laut), dan keberadaan jasadnya yang masih utuh hingga hari ini, merupakan tanda-tanda kebesaran Allah SWT terhadap alam semesta ini.



"Maka pada hari ini kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan Kami." (QS. Yunus : 92)

Pada 1975, di Cairo (Mesir) berhasil dilakukan pengambilan salah satu sampel organ tubuh berkat bantuan dari Prof. Michel Durigon. Pemeriksaan yang sangat teliti dengan microscop, menunjukkan kondisi utuh yang sangat sempurna dari objek penelitian itu. keutuhan yang sangat sempurna seperti ini tidak mungkin terjadi andaikan jasad tersebut berada (tenggelam) di dalam laut selama beberapa waktu, bahkan sekali pun ia berada untuk waktu yang sekian lama di luar air, sebelum dilakukan langkah pengawetan pertama.
Pemerintah Prancis menawarkan diri untuk membantu meneliti jasad fir’aun.Pemimpin ahli bedah sekaligus penanggung jawab utama dalam penelitian mumi ini adalah Prof. Dr. Maurice Bucaille. Bucaille adalah ahli bedah kenamaan Prancis, dan pernah mengepalai klinik bedah di Universitas Paris. Hasil akhir yang diperolehnya sangat mengejutkan. Sisa-sisa garam yang melekat pada tubuh mumi adalah bukti terbesar, bahwa dia mati karena tenggelam. Jasadnya dikeluarkan dari laut, dan kemudian di balsem untuk segera dijadikan mumi agar awet.
Penemuannya itu masih mengganjal dalam pikiran sang professor. Bagaimana jasad tersebut bisa lebih baik dari jasad-jasad mumi yang lain, padahal dia dikeluarkan dari laut?
Dalam pengecekan itu, tim medis berupaya mengetahui sebab di balik kematian ‘ekspress’ akibat adanya memar di bagian kepala tengkorak. Jelas pada setiap penelitian ini sangat sesuai dengan kisah-kisah yang terdapat di dalam kitab-kitab suci, yang menyiratkan bahwa Fir’aun sudah mati saat ombak menelannya.

Penelitian yang dilakukan para ilmuan pada abad ini, membuktikan bahwa adanya kesesuaian antara Al-Qur’an dan kejadian-kejadian serta teori-teori ilmiah sehingga Al-Qur’an dapat menembus waktu dan tempat, walau Al-Qur’an diturunkan pada empat belas abad yang lalui tetapi tetap up to dete.
Pemahaman terhadap isi al-quran  akan didapat dengan penafsiran secara ilmiah atau yang kita kenal Tafsir ilmi, tafsir ilmi dilakukan untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi pada masa sekarang.
Kelebihan tafsir ilmi adalah :
1.      Menjawab tantangan zaman
2.      Praktis dan sistmatis
3.      dinamis
4.      Membuat pemahaman utuh
Kekurangan tafsir ilmi adalah :
1.      Memenggal ayat al-Qur’an
2.      Membatasi Penafsiran

C.   PENUTUP

Dalam penutup ini kita mungkin harus sependapat dengan Quraish Shihab untuk membumikan Al-Qur’an dan menjadikannya mampu menyentuh realitas kehidupan. Manusia akan terus berubah dalam dinamika yang tidak pernah surut. Sedang Al-Qur’an harus tetap menjalankan fungsinya sebagai petunjuk dan ‘pengatur’ kehidupan manusia. Sebab Al-Qur’an adalah petunjuk bagi umat manusia sebagai penyempurna dari kitab-kitab suci sebelumnnya, sehingga Al-Qur’an selalu sesuai dengan waktu dan tempat.
Dari uraian pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa :
1.      Al-Qur’an merupakan kitab suci yang diturunkan Allah swt kepda Nabi Muhammad saw, sebagai petunjuk umat manusia dari kegelapan dan menunjukkan kepada jalan yang lurus. Pemahaman atasnya tidak pernah berhenti ataupun monoton, tetapi terus berkembang secara dinamis mengikuti pergeseran zaman dan putaran sejarah. Inilah yang sebab tiap generasi ingin selalu “mengkonsumsi” dan menjadikan al-Qur’an sebagai pedoman hidup, bahkan kadang-kadang sebagai legitimasi bagi tindakan dan perilakunya.
2.      Mukjizat keilmiahan Al-Quran berarti bukan terdirinya atau karena cakupannya atas teori-teori ilmiah yang selalu terbaharui dan berganti sesuai dengan kemampuan dan usaha manusia. Akan tetapi letaknya pada perintah untuk berfikir yang menyuruh manusia untuk tadabbur dan berfikir hingga tidak lumpuh dan mandeg pikirannya.
3.      Umat Islam hendaknya menjadi pelopor dan mampu mengambil dan menggali rahasia-rahasia yang terkandung dalam Ayat-ayat Al-Qur’an sehinnga tidak terkesan ayat-ayat ini hanya menjadi alat pembenar terhadap teori-teori yang ditemukan oleh Barat, tetapi seharusnya ayat-ayat Al-Qur’an menjadi inspirasi bagi kaum muslimin dalam menemukan teori-teori baru berdasarkan Al-Qur’an untuk kehidupan.
4.      Untuk mendapat keilmiahan Al-qur’an maka perlu Tafsir ilmi terhadap al-Qur’an
Sekian pemaparan makalah tentang Al-Qur’an dapat selalu sesui dengan waktu dan tempat. Semuaga bermanfaat.Allahu A’lam bisshowab



DAFTAR KEPUSTAKAAN


Ash-Shobuni, Ali, Pengantar Ilmu-Ilmu al-Qur’an,al-ikhlas, Surabya,1983
Ash-Shiddiqy, Hasbi, Prof.Dr., Sejarah Pengantar Ilmu al-Qur’an / Tafsir, Bulan Bintang, 1992
Assrafil Anawar. Makalah Tifsirul Ilmi, 2000
Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnya, Penerbit Al-Hidayah,Surabaya, 1998
Kencana,Inu, Pengantar Filsafat, Rafika aditama,Bandung, 2007
Muhaimin, Prof ,Dr, Kawasan dan Wawasan Studi Islam,Kencana, Jakarta,2005
Quraish Shihab,Membumikan Al-Qur’an, Mizan, Bandung 1994

Tidak ada komentar:

Posting Komentar