Senin, 02 April 2012

PEMBELAJARAN YANG AKTIF INOVATIF KREATIF DAN EFEKTIF SERTA MENARIK


 PEMBELAJARAN YANG AKTIF INOVATIF KREATIF DAN EFEKTIF SERTA MENARIK

A.  PENDAHULUAN

Pembelajaran (Instructional) merupakan proses kegiatan yang dirancang seseorang / guru supaya peserta didik / siswa aktif belajar, bagaimana membelajarkan siswa , atau bagaimana siswa menjadi aktif belajar. Jadi penekanannya adalah bagaimana pendidik/guru menciptakan, merekayasa situasi dengan memilih pendekatan , strategi, metode, dan teknik atau ketrampilan yang mendorong siswa belajar secara aktif, inovatif, kreatif, dengan hasil yang efektif dan dalam suasana yang menyenangkan.
Belajar atau pembelajaran adalah merupakan sebuah kegiatan yang wajib kita lakukan dan kita berikan kepada anak-anak kita. Karena ia merupakan kunci sukses untuk menggapai masa depan yang cerah, mempersiapkan generasi bangsa dengan wawasan ilmu pengetahuan yang tinggi. Yang pada akhirnya akan berguna bagi bangsa, negara, dan agama. Melihat peran yang begitu vital, maka menerapkan metode yang efektif dan efisien adalah sebuah keharusan. Dengan harapan proses belajar mengajar akan berjalan menyenangkan dan tidak membosankan. Maka dari itulah perlu untuk pendidik/guru menciptakan, merekayasa situasi dengan memilih pendekatan , strategi, metode, dan teknik atau ketrampilan yang mendorong siswa belajar secara aktif, inovatif, kreatif, dengan hasil yang efektif dan dalam suasana yang menyenangkan.

B.  MODEL MODEL PEMBELAJARAN 
Terjadi perubahan paradigma yang sangat mendasar dalam pembelajaran saat  ini , yang terkait dengan pemilihan pendekatan pembclajaran , dari yang sudah lama menjadi pilihan kegiatan pembelajaran berpusat pada guru ( teacher centered approach ) sebagai paradigma yang sudah dianggap using dan dianggap tradisional, pembelajaran yang berpusat pada guru. siswa sebagai penerima informasi secara pasif, kurang aktif, materi yang diajarkan kurang relevan, atau bisa disebut model pembelajaran yang kurang inovatif , bergeser ke paradigma baru dan bergerak kearah pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered approach) yang memberikan kesempatan siswa untuk aktif, ketrampilan belajar dan berinovasi berfokus pada kreativitas, berfikir kritis,komunikatif dan kolaborasi ( Fuad Abdul Hamied . 2008) .atau disebut oleh Trianto( 2007: 2) bahwa perubahan paradigma pembelajaran tersebut adalah orientasi pembelajaran yang semula berpusat pada guru (teacher centered) beralih berpusat pada murid ( student centered). Dengan demikian dapat disimpulkan ada model model pembelajaran yang kurang inovatif dengan pendekatan yang berpusat pada guru, dan model model pembelajaran yang inovatif dengan pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa . Namun masih tetap perlu diingat bahwa setiap model pembelajaran baik yang dianggap kurang inovatif maupun yang inovatif memiliki kelebihan dan kelemahan masing masing.

1. Model Pembelajaran Kurang Inovatif.   ’
Kalau dibaca kembali penjelasan tersebut diatas maka dapat disebutkan bahwa model model pembelajaran yang dianggap kurang inovatif adalah model model pembelajaran yang orientasi pendekatamnya berpusat pada guru , ciri ciri yang nampak adalah peran dan aktifitas guru dalam pembelajaran sangat dominan, pengetahuan dipindahkan dari pengajar ke siswa  dan siswa menerima informasi secara pasif, penekanan pada pengetahuan diluar konteks aplikasinya, pengajar berperan sebagai pemberi informasi dan penilai.yang menurut B’O Bannon kelompok TCA yaitu pembelajaran yang menggunakan metode metode Demonstration yaitu guru mendemonstrasikan suatu proses atau prosedur pokok proses terjadinya sesuatu dan para siswa hanya aktif memperhatikan saja. , Direct Instruction yaitu pengajaran langsung yang dilakukan oleh guru untuk membantu siswa belajar konsep dan ketrampilan atas petunjuk guru, Lekture yaitu pembelajaran dengan kuliah atau ceramah yang dilakukan hampir sepanjang waktu pelajaran oleh aktifitas guru, siswa lebih banyak dituntut aktif mendengarkan , dan Lecture discussions yaitu kombinasi pelajaran yang dilakukan guru dengan ceramah dan digabung atau diselingi   pertanyaan dari guru kepada murid, murid dituntut aktif mendengarkan dan siap menjawab pertanyaan guru. \

2. Model Pembelajaran Inovatif. 
Disepakati saat ini bahwa model pembelajaran inovatif tentu pembelajaran yang  kegiatannya berpusat pada siswa ( SCA atau LCA) yang kurang lebih 80-90% waktu pembelajaran merupakan aktifitas siswa , sedangkan guru hanya sebagai fasilitator dan moderator pembelajaran. Ciri ciri yang nampak pada pembelajaran  ini adalah pemberian kesempatan kepada siswa untuk aktif dan berkembang  ketrampilan belajar dan berinovasi, kreatif, berpikir kritis, komunikatif dan  kolaboratif, anak banyak melakukan , menggunakan semua indranya, 'mengeksplorasi lingkungannya, belajar dari pengalaman langsung dan konkrit, siswa membangun pengetahuannya sendiri, selalu terlibat aktif, guru dan siswa   mengevaluasi hasil belajarnya bersama sama, belajar menyelesaikan masalah  konteks kehidupan nyata.. Dari berbagai referensi maka dapat diambil beberapa model pembelajaran inovatif yang dapat dikemukakan disini antara lain :
a. Model Cooperative Learning.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ( KTSP) sebagai pembaharuan dan  penerapan dari Kurikulum Berbasis Kompetensi menghendaki bahwa pembelajaran tidak hanya mempelajari konsep, teori dan fakta saja, namun aplikasi dalam kehidupan sehari-hari ,hal ini tercermin pada Permendiknas no 22 th 2006 tentang prinsip pelaksanaan kurikulum diantaranya yaitu :
  a. pelaksanaan didasarkan pada potcnsi,perkembangan, dan kondisi peserta didik untuk menguasai kompetensi yang berguna bagi dirinya.
  b. dilaksanakan dengan menegakkan kelima pilar belajar, l)belajar untuk  beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa ,2) belajar untuk ia memahami dan menghayati, 3)belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat efektif, 4)belajar untuk hidup bersama dan berguna bagi orang lain, 5) belajar untuk membangun dan menemukan jati diri, melalui proses  belajar yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan. 
Menurut Solomon  Sharan ( terjemahan Sigit Prawoto. 2009 ) penyunting buku  Handbook of Cooperative Learning menyebutkan pembelajaran inovatif untuk memacu keberhasilan siswa dikelas yaitu dengan melakukan  pembelajaran kooperatif, berupa berbagai model pembelajaran . Langkah langkah pembelajaran secara singkat diantaranya dibahas dibawah ini. 

 b. Model Student Teams – Achievement Divisions (STAD) Slavin 1985.  .
Siswa dikelompokkan secara heterogen kemudian siswa yang pandai menjelaskan anggota lain sampai mengerti.
Langkah-langkah:
1. Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang secara heterogen (campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku, dll.)
2. Guru menyajikan pelajaran.
3. Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota kelompok. Anggota yang tahu menjelaskan kepada anggota lainnya sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti.
4. Guru memberi kuis / pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab kuis tidak boleh saling membantu
5. Memberi evaluasi.
6. Penutup
.
Kelebihan:
1. Seluruh siswa menjadi lebih siap.
2. Melatih kerjasama dengan baik
.Kekurangan:
1. Anggota kelompok semua mengalami kesulitan.
2. Membedakan siswa.

c. Metode Jigsaw
Pada dasarnya, dalam model ini guru membagi satuan informasi yang besar menjadi komponen-komponen lebih kecil. Selanjutnya guru membagi siswa ke dalam kelompok belajar kooperatif yang terdiri dari empat orang siswa sehingga setiap anggota bertanggungjawab terhadap penguasaan setiap komponen/subtopik yang ditugaskan guru dengan sebaik-baiknya. Siswa dari masing-masing kelompok yang bertanggungjawab terhadap subtopik yang sama membentuk kelompok lagi yang terdiri dari yang terdiri dari dua atau tiga orang.Siswa-siswa ini bekerja sama untuk menyelesaikan tugas kooperatifnya dalam: a) belajar dan menjadi ahli dalam subtopik bagiannya; b) merencanakan bagaimana mengajarkan subtopik bagiannya kepada anggota kelompoknya semula. Setelah itu siswa tersebut kembali lagi ke kelompok masing-masing sebagai “ahli” dalam subtopiknya dan mengajarkan informasi penting dalam subtopik tersebut kepada temannya. Ahli dalam subtopik lainnya juga bertindak serupa. Sehingga seluruh siswa bertanggung jawab untuk menunjukkan penguasaannya terhadap seluruh materi yang ditugaskan oleh guru. Dengan demikian, setiap siswa dalam kelompok harus menguasai topik secara keseluruhan.

d. Cooperative Integrated Reading and Compotition ( SIRC) (Steven , &  Slavin, , 1995) 
Langkah-langkah : 
1. Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang yang secara heterogen
2. guru memberikan wacana/kliping sesuai dengan topik pembelajaran ` 
3. Siswa bekerja sama saling membacakan dan menemukan ide pokok dan memberi tanggapan terhadap wacana/kliping dan ditulis pada  lembar kertas 
4. Mempresentasikan/membacakan hasil kelompok
5. guru membuat kesimpulan bersama
6. Penutup
e. Belajar Bersama. (Johnson dan Johnson. 1929 ).
  Langkah-langkah:
 1. Menspesifikasikan tujuan pembelajaran. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran khusus.  
 2. Membuat sejumlah keputusan sebelum pelajaran dimulai: Guru harus menentukan ukuran kelompok,metode penugasan siswa pada kelompok, peran siswa yang akan diberi tugas, materi yang diperlukan dan cara menata ruangan.   
3.  Menjelaskan tugas dan interdepensi guru. Guru menentukan penugasan dengan jelas, memberikan kriteria keberhasilan, dan menjelaskan kecakapan sosial yang dapat dijalankan siswa. 
4  Mengawasi pembelajaran siswa dan memberikan intervensi didalam kelompok untuk memberikan bantuan dalam mengerjakan tugas atau meningkatkan ketrampilan interpersonal siswa atau kelompok. 
5. Mengevaluasi pembelajaran siswa dan membantu siswa memproses seberapa baik kelompok mereka berfungsi.

f. Group Investigation  
  Langkah-langkah :
  1.  Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok heterogen
  2.  Guru menjelaskan maksud pembelajaran dan tugas kelompok  
  3. Guru memanggil ketua—ketua untuk satu materi tugas sehingga satu kelompok mendapat tugas satu Materi yang berbeda dari kelompok lain.
 4. Masing-masing kelompok membahas materi yang sudah ada secara kooperatif berisi penemuan.
 5. Setelah selesai diskusi, lewat juru bicara, ketua menyampaikan hasil pembahasan kelompok
 6. Guru memberikan penjelasan singkat sekaligus memberi kesimpulan ~
 7. Evaluasi
 8. Penutup   

g. Metode Debat
Metode debat merupakan salah satu metode pembelajaran yang sangat penting untuk meningkatkan kemampuan akademik siswa. Materi ajar dipilih dan disusun menjadi paket pro dan kontra. Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok dan setiap kelompok terdiri dari empat orang. Di dalam kelompoknya, siswa (dua orang mengambil posisi pro dan dua orang lainnya dalam posisi kontra) melakukan perdebatan tentang topik yang ditugaskan. Laporan masing-masing kelompok yang menyangkut kedua posisi pro dan kontra diberikan kepada guru. Selanjutnya guru dapat mengevaluasi setiap siswa tentang penguasaan materi yang meliputi kedua posisi tersebut dan mengevaluasi seberapa efektif siswa terlibat dalam prosedur debat. Pada dasarnya, agar semua model berhasil seperti yang diharapkan pembelajaran kooperatif, setiap model harus melibatkan materi ajar yang memungkinkan siswa saling membantu dan mendukung ketika mereka belajar materi dan bekerja saling tergantung (interdependen) untuk menyelesaikan tugas. Ketrampilan sosial yang dibutuhkan dalam usaha berkolaborasi harus dipandang penting dalam keberhasilan menyelesaikan tugas kelompok. Ketrampilan ini dapat diajarkan kepada siswa dan peran siswa dapat ditentukan untuk memfasilitasi proses kelompok. Peran tersebut mungkin bermacam-macam menurut tugas, misalnya, peran pencatat (recorder), pembuat kesimpulan (summarizer), pengatur materi (material manager), atau fasilitator dan peran guru bisa sebagai pemonitor proses belajar.

h. Metode Role Playing
Metode Role Playing adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa. Pengembangan imajinasi dan penghayatan dilakukan siswa dengan memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda mati. Permainan ini pada umumnya dilakukan lebih dari satu orang, hal itu bergantung kepada apa yang diperankan.

Kelebihan metode Role Playing
Melibatkan seluruh siswa dapat berpartisipasi mempunyai kesempatan untuk memajukan kemampuannya dalam bekerjasama
.
1. Siswa bebas mengambil keputusan dan berekspresi secara utuh.
2. Permainan merupakan penemuan yang mudah dan dapat digunakan dalam situasi dan waktu yang berbeda.
3. Guru dapat mengevaluasi pemahaman tiap siswa melalui pengamatan pada waktu melakukan permainan.
4. Permainan merupakan pengalaman belajar yang menyenangkan bagi anak.

g. Metode Pemecahan Masalah (Problem Solving)
Metode pemecahan masalah (problem solving) adalah penggunaan metode dalam kegiatan pembelajaran dengan jalan melatih siswa menghadapi berbagai masalah baik itu masalah pribadi atau perorangan maupun masalah kelompok untuk dipecahkan sendiri atau secara bersama-sama. Orientasi pembelajarannya adalah investigasi dan penemuan yang pada dasarnya adalah pemecahan masalah.

Adapun keunggulan metode problem solving sebagai berikut:
1. Melatih siswa untuk mendesain suatu penemuan.
2. Berpikir dan bertindak kreatif
3. Memecahkan masalah yang dihadapi secara realistis
4. Mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan
5. Menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan
6. Merangsang perkembangan kemajuan berfikir siswa untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan tepat.
7. Dapat membuat pendidikan sekolah lebih relevan dengan kehidupan, khususnya dunia kerja.

Kelemahan metode problem solving sebagai berikut:
1. Beberapa pokok bahasan sangat sulit untuk menerapkan metode ini. Misal terbatasnya alat-alat laboratorium menyulitkan siswa untuk melihat dan mengamati serta akhirnya dapat menyimpulkan kejadian atau konsep tersebut.
2. Memerlukan alokasi waktu yang lebih panjang dibandingkan dengan metode pembelajaran yang lain.

h. Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based Instruction)

Problem Based Instruction (PBI) memusatkan pada masalah kehidupannya yang bermakna bagi siswa, peran guru menyajikan masalah, mengajukan pertanyaan dan memfasilitasi penyelidikan dan dialog.

Langkah-langkah:
1.Guru menjelaskan tujuan pembelajaran. Menjelaskan logistik yang dibutuhkan.     Memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih.
2. Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan topik, tugas, jadwal, dll.)
3. Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan data, hipotesis, pemecahan masalah.
4. Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka berbagi tugas dengan temannya
5. Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.

Kelebihan:
1. Siswa dilibatkan pada kegiatan belajar sehingga pengetahuannya benar-benar  diserapnya dengan baik.
2.Dilatih untuk dapat bekerjasama dengan siswa lain.
3. Dapat memperoleh dari berbagai sumber.
Kekurangan:
1. Untuk siswa yang malas tujuan dari metode tersebut tidak dapat tercapai
2. Membutuhkan banyak waktu dan dana
3. Tidak semua mata pelajaran dapat diterapkan dengan metode ini
i. Cooperative Script
Skrip kooperatif adalah metode belajar dimana siswa bekerja berpasangan dan secara lisan mengikhtisarkan bagian-bagian dari materi yang dipelajari.
Langkah-langkah:
     1. Guru membagi siswa untuk berpasangan.
2. Guru membagikan wacana / materi tiap siswa untuk dibaca dan membuat ringkasan.
3. Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar
4. Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya. Sementara pendengar menyimak / mengoreksi / menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap dan membantu mengingat / menghapal ide-ide pokok dengan menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya
.
5. Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya, serta lakukan seperti di atas.
6. Kesimpulan guru.
7. Penutup.
Kelebihan:
• Melatih pendengaran, ketelitian / kecermatan.
• Setiap siswa mendapat peran.
• Melatih mengungkapkan kesalahan orang lain dengan lisan.
Kekurangan:
• Hanya digunakan untuk mata pelajaran tertentu
• Hanya dilakukan dua orang (tidak melibatkan seluruh kelas sehingga koreksi hanya sebatas pada dua orang tersebut).

j. Picture and Picture

Picture and Picture adalah suatu metode belajar yang menggunakan gambar dan dipasangkan / diurutkan menjadi urutan logis
Langkah-langkah:
1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
2. Menyajikan materi sebagai pengantar.
3. Guru menunjukkan / memperlihatkan gambar-gambar yang berkaitan dengan materi.
4. Guru menunjuk / memanggil siswa secara bergantian memasang / mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis.
5. Guru menanyakan alas an / dasar pemikiran urutan gambar tersebut.
6. Dari alasan / urutan gambar tersebut guru memulai menanamkan konsep / materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai.
7. Kesimpulan / rangkuman.

Kebaikan:
1. Guru lebih mengetahui kemampuan masing-masing siswa.
2. Melatih berpikir logis dan sistematis.
Kekurangan:Memakan banyak waktu. Banyak siswa yang pasif.

k. Numbered Heads Together
Numbered Heads Together adalah suatu metode belajar dimana setiap siswa diberi nomor kemudian dibuat suatu kelompok kemudian secara acak guru memanggil nomor dari siswa
Langkah-langkah:
1. Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor.
2. Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya.
3. Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat mengerjakannya.
4. Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerjasama mereka.
5. Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang lain.
6. Kesimpulan.
Kelebihan:
• Setiap siswa menjadi siap semua.
• Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh.
• Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai.
Kelemahan:
• Kemungkinan nomor yang dipanggil, dipanggil lagi oleh guru.
• Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru

l. Metode Investigasi Kelompok (Group Investigation)
Metode investigasi kelompok sering dipandang sebagai metode yang paling kompleks dan paling sulit untuk dilaksanakan dalam pembelajaran kooperatif. Metode ini melibatkan siswa sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. Metode ini menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam ketrampilan proses kelompok (group process skills). Para guru yang menggunakan metode investigasi kelompok umumnya membagi kelas menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 5 hingga 6 siswa dengan karakteristik yang heterogen. Pembagian kelompok dapat juga didasarkan atas kesenangan berteman atau kesamaan minat terhadap suatu topik tertentu. Para siswa memilih topik yang ingin dipelajari, mengikuti investigasi mendalam terhadap berbagai subtopik yang telah dipilih, kemudian menyiapkan dan menyajikan suatu laporan di depan kelas secara keseluruhan. Adapun deskripsi mengenai langkah-langkah metode investigasi kelompok dapat dikemukakan sebagai berikut:
a. Seleksi topic
Parasiswa memilih berbagai subtopik dalam suatu wilayah masalah umum yang biasanya digambarkan lebih dahulu oleh guru. Para siswa selanjutnya diorganisasikan menjadi kelompok-kelompok yang berorientasi pada tugas (task oriented groups) yang beranggotakan 2 hingga 6 orang. Komposisi kelompok heterogen baik dalam jenis kelamin, etnik maupun kemampuan akademik.
b. Merencanakan kerjasama
Para siswa beserta guru merencanakan berbagai prosedur belajar khusus, tugas dan tujuan umum yang konsisten dengan berbagai topik dan subtopik yang telah dipilih dari langkah a) di atas.
c. Implementasi
Parasiswa melaksanakan rencana yang telah dirumuskan pada langkah b). Pembelajaran harus melibatkan berbagai aktivitas dan ketrampilan dengan variasi yang luas dan mendorong para siswa untuk menggunakan berbagai sumber baik yang terdapat di dalam maupun di luar sekolah. Guru secara terus-menerus mengikuti kemajuan tiap kelompok dan memberikan bantuan jika diperlukan.
d. Analisis dan sintesis
Parasiswa menganalisis dan mensintesis berbagai informasi yang diperoleh pada langkah c) dan merencanakan agar dapat diringkaskan dalam suatu penyajian yang menarik di depan kelas.
e. Penyajian hasil akhir
Semua kelompok menyajikan suatu presentasi yang menarik dari berbagai topik yang telah dipelajari agar semua siswa dalam kelas saling terlibat dan mencapai suatu perspektif yang luas mengenai topik tersebut. Presentasi kelompok dikoordinir oleh guru.
f. Evaluasi
Guru beserta siswa melakukan evaluasi mengenai kontribusi tiap kelompok terhadap pekerjaan kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi dapat mencakup tiap siswa secara individu atau kelompok, atau keduanya.
.


m.  Model Lesson Study
Lesson Study adalah suatu metode yang dikembangkan di Jepang yang dalam bahasa Jepangnya disebut Jugyokenkyuu. Istilah lesson study sendiri diciptakan oleh Makoto Yoshida.
Lesson Study merupakan suatu proses dalam mengembangkan profesionalitas guru-guru di Jepang dengan jalan menyelidiki/ menguji praktik mengajar mereka agar menjadi lebih efektif.
Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:
1. Sejumlah guru bekerjasama dalam suatu kelompok. Kerjasama ini meliputi:
a. Perencanaan.
b. Praktek mengajar.
c. Observasi.
d. Refleksi/ kritikan terhadap pembelajaran.
2. Salah satu guru dalam kelompok tersebut melakukan tahap perencanaan yaitu membuat rencana pembelajaran yang matang dilengkapi dengan dasar-dasar teori yang menunjang
.3. Guru yang telah membuat rencana pembelajaran pada (2) kemudian mengajar di kelas sesungguhnya. Berarti tahap praktek mengajar terlaksana.
4. Guru-guru lain dalam kelompok tersebut mengamati proses pembelajaran sambil mencocokkan rencana pembelajaran yang telah dibuat. Berarti tahap observasi terlalui.
5. Semua guru dalam kelompok termasuk guru yang telah mengajar kemudian bersama-sama mendiskusikan pengamatan mereka terhadap pembelajaran yang telah berlangsung. Tahap ini merupakan tahap refleksi. Dalam tahap ini juga didiskusikan langkah-langkah perbaikan untuk pembelajaran berikutnya.
6. Hasil pada (5) selanjutnya diimplementasikan pada kelas/ pembelajaran berikutnya dan seterusnya kembali ke (2)

.Adapun kelebihan metode lesson study sebagai berikut:
- Dapat diterapkan di setiap bidang mulai seni, bahasa, sampai matematika dan olahraga    dan pada setiap tingkatan kelas
- Dapat dilaksanakan antar/ lintas sekolah.


n. Think Pair and Share.
Langkah-langkah :   
1. Guru menyampaikan inti materi dan kompctcnsi yang ingin dicapai 
2. Siswa diminta untuk bcriikir tcntang matcri/pcrmasalahan yang disampaikan guru. 
3. Siswa diminta bcrpasangan dcngan tcman scbclahnya (kclompok 2 orang) dan mengutarakan hasil pcmikiran masing-masing
4. Guru memimpin pleno kecil diskusi, tiap kelompok mengemukakan  hasil diskusinya  ·
5. Berawal dari kegiatan tersebut mengarahkan pembicaraan pada pokok permasalahan dan menambah materi yang belum diungkapkan para  siswa  
6. Guru memberi kesimpulan 
7. Penutup  

C. PENUTUP.
Guru pada hakekatnya merupakan tenaga pendidik yang memikul  yangbertanggung jawab kemanusiaan , khususnya berkaitan dengan pencerdasan anak  bangsa dalam melepaskan diri dari ketertinggalan. Tugas berat itu harus    dilaksanakan dengan sikap profesionalitas yang tinggi. Melalui kompetensi profesionalismenya itu guru harus mampu rnewujudkan langkah Iangkah pembelajaran yang  inovatif dan kreatif, dan efektif serfta menyenangkan, sehingga pembelajaran lebih bermakna bagi  kehidupan siswa..
















DAFTAR PUSTAKA

Shomo Sharan terjemahan Sigit Prawoto, 2009 Hanbook of Cooperative Learning, Imperium Yogyakarta
Trianto, 2007, Model-model Pembelajaran Inovatif berorientasi konstruktivistik, Prestasi Pustaka jakarta.
Wina Sanjaya, 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Kencana Predana Media Group , Jakarta

























Tidak ada komentar:

Posting Komentar