Selasa, 03 April 2012

KERAJAAN SAFAWIYAH



A. Asal Usul Bangsa Safawi
Kerajan Safawi bermula dari gerakan tarekat yang berdiri di Ardabil, sebuah kota di Azerbaijan. Tarekat ini diberi nama Safawiyah karena pendirinya bernama Syech Safuyudin Ishaq (1252-1334) seorang guru agama yang lahir dari sebuah keluaraga Kurdi di Iran Utara. Beliau merupakan anak murid seorang imam Sufi yiaitu Sheikh Zahed Gilani (1216–1301, dari Lahijan.) Safi Al-Din kemudiannya menukar Ajaran Sufi ini kepada Ajaran Safawiyah sebagai tindak balas kepada pencerobohan tentera Mongol di wilayah Azerbaijan
Pada mulanya gerakan tasawuf Safawiyah ini bertujuan untuk memerangi orang-orang ingkar dan golongan Ahl al-Bid’ah Namun pada perkembangannya, gerakan tasawuf yang bersifat lokal ini berubah menjadi gerakan keagamaan yang mempunyai pengaruh besar di Persia, Syria dan Anatolia. Di negeri-negeri yang berada di luar Ardabil inilah, Safi al-Din menempatkan seorang wakil yang diberi gelar Khalifah untuk memimpin murid-murid di daerahnya masing-masing.
Gerakan Safawi mewakili sebuah kebangkitan Islam Populer yang menentang dominasi militer yang meresahkan dan bersifat eksploitatif. Tidak seperti gerakan lainnya,gerakan Safawiyah memprakarsai penaklukan Iran dan mendirikan sebuah baru yang berkuasa dari 1501 sampai 1722. Sang pendiri mengawali gerakannya dengan seruan untuk memurnikan dan memulihkan kembali ajaran Islam.
Pada waktu kerajaan Turki Usmani sudah mencapai puncak kejayaan, kerajaan Safawi di Persia masih baru berdiri. Namun pada kenyataannya, kerajaan ini dapat berkembang dengan cepat. Nama safawi ini terus dipertahankan sampai tarekat Sfawiyah menjadi gerakan politik dan menjadi sebuah kerajaan yang disebut kerajaan Safawi. Dalam perkembangannya, kerajaan Safawi sering berselisih dengan kerajaan Turki Usmani
Kerajaan Safawi mempunyai perbedaan dari dua kerjaan besarislam lainnya seperti kerajan Turki Usmani dan Mughal. Kerajaan ini menyatakan sebagai penganut Syi’ah dan dijadikan madzhab Negara. Oleh karena itu, kerajaan Safawi dianggap sebagai peletak dasar pertama terbentuknya Negara Iran dewasa ini.
B. Perkembangan Kerajaan Safawi
Dalam perkembangannya Bangsa Safawi (tarekat Safawiyah) sangat fanatik terhadapajaran-ajarannya. Hal ini ditandai dengan kuatnya keinginan mereka untuk berkuasa karena dengan berkuasa mereka dapat menjalankan ajaran agama yang telah mereka yakini (ajaran Syi’ah). Karena itu, lama kelamaan murid-murid tarekat Safawiyah menjadi tentara yang teratur, fanatik dalam kepercayaan dan menentang setiap orang yang bermazhab selain Syiah.
Bermula dari perajurit akhirnya mereka memasuki dunia perpolitikan pada masa kepemimpinan syah al junaid. Dinasti safawi memperluas geraknya dengan menumbuhkan kegiatan politik di dalam kegiatan kegiatan keagamaan. Perluasan kegiatan ini menimbulkan konflik dengan penguasaan kara koyunlu(domba hitam), salah satu suku bangsa turki yang akhirnya menyebabkan kelompok junaid kalah dan di asingkan kesuatu tempat. Di tempat baru ini ia mendapatkan perlindungan dari penguasa Diyar bakr, AK –Koyunlu juga suku bangsa turki. Ia tinggal diistana Uzun hasan, yang ketika itu menguasai sebagian besar Persia.
Tahun 1459 M, Junaid mencoba merebut Ardabil tapi gagal. Pada tahun 1460 M. Ia mencoba merebut Sircasia tetapi pasukan yang dipimpinya dihadang oleh tentara Sirwan dan ia terbunuh dalam pertempuran tersebut. Penggantinya diserahkan kepada anaknya Haidar pada tahun 1470 M, lalu Haidar kawin dengan seorang cucu Uzun Haisan dan lahirlah ismail dan kemudian hari menjadi pendiri kerajaan Safawi dan mengatakan bahwa Syi’ahlah yang resmi dijaadikan mazhab kerajaan ini. Kerajaan inilah dianggap sebagai peletak batu pertama negara Iran.[1]
Gerakan Militer Safawi yang dipimpin oleh Haidar di pandang sebagai rival politik olehAK Koyunlu setelah ia menang dari Kara Koyunlu (1476 M). Karena itu, ketika Safawimenyerang wilayah Sircassia dan pasukan Sirwan, AK Koyunlu mengirimkan bantuanmiliter kepada Sirwan, sehingga pasukan Haidar kalah dan ia terbunuh.
Ali, putera dan pengganti Haidar, didesak bala tentaranya untuk menuntut balas ataskematian ayahnya, terutama terhadap AK Koyunlu. Akan tetapi Ya’kub pemimpin AK Koyunlu menangkap dan memenjarakan Ali bersama saudaranya, Ibrahim, Ismail dan ibunya di Fars (1489-1493 M). Mereka dibebaskan oleh Rustam, putera mahkota AK Koyunlu dengan syarat mau membantunya memerangi saudara sepupunya. Setelah dapatdikalahkan, Ali bersaudara kembali ke Ardabil. Namun, tidak lama kemudian Rustam berbalik memusuhi dan menyerang Ali bersaudara dan Ali terbunuh (1494 M)
Periode selanjutnya, kepemimpinan gerakan Safawi di serahkan pada Ismail. Selama 5 tahun, Ismail beserta pasukannya bermarkas di Gilan untuk menyiapkan pasukan dan kekuatan. Pasukan yang di persiapkan itu diberi nama Qizilbash (baret merah).
Pada tahun 1501 M, pasukan Qizilbash dibawah pimpinan Ismail menyerang dan mengalahkan AK Koyunlu (domba putih) di sharur dekat Nakh Chivan. Qizilbash terus berusaha memasuki dan menaklukkan Tabriz, yakni ibu kota AK Koyunlu dan akhirnya berhasil dan mendudukinya. Di kota Tabriz Ismail memproklamasikan dirinya sebagai raja pertama Dinasti Safawi. Ia disebut juga Ismail I
Ismail I berkuasa kurang lebih 23 tahun antara 1501-1524 M. Pada sepuluh tahun pertama ia berhasil memperluas wilayah kekuasaannya, Buktinya ia dapat menghancurkan sisa-sisa kekuatan AK Koyunlu di Hamadan (1503 M), menguasai propinsi Kaspia di Nazandaran, Gurgan dan Yazd (1504 M), Diyar Bakr (1505-1507 M) Baghdad dan daerah Barat daya Persia (1508 M), Sirwan (1509 M) dan Khurasan. Hanya dalam waktu sepuluh tahun itu wilayah kekuasaannya sudah meliputi seluruh Persia dan bagian timur Bulan Sabit Subur .
Safawiah menegaskan persekutuan meraka dengan Syi’ah dan Syah Ismail ,menytakan bahwa dirinya adalah sebagai sang imam tersembunyi,sebagai reinkarnasi dari Ali, dan sebagai simbol wujud ketuhanan. Ismail mengkelaim sebagai keturunan dari imam ketujuh, dan sebagai generasi ketujuh dalam garis keturunan Safawiah,dimana setiap imam secara berurutan merupakan pembawa cahaya ketuhanan yang disampaikan dari satu generasi kegenerasi yang lainnya. Dengan kecendrunganya kepada sin kereatisme relegius dari beberapa gerakan sufi yangtelah berlangsung selama dua abad di Iran barat, dan dengan menggabungkan beberapa pengaruh keagamaan yang berbeda beda, termasuk Syi’isme, mesiannisme,Sunni dan Budhisme. Ismail juga menyatakan secara tegas bahwa dirinya adalah reingkarnasi dari Khidir, pembawa kebijaksanaan masa lampau, dan sebagai ruh Yesus. Dengan diterangi cahaya ketuhanan yangmana cahaya tersebut mendahului alquran dan penciptaan alam semesta ini, yang diturunkan oleh keluarga nabi untuk ditubuhkan didalam diri Ismail, maka ia menjadi seorang mesiah,Syah,pemilik kekuasaan temporal dan sekaligus pemilik kerajaan mistikal. Berdasarkan beberapa klaim keagamaan ini, tokoh tokoh Syafawiah menuntut sebuah kepatuan absolut dan tanpa keraguan absolut dari para tokoh sufi mereka [2]
Isma’il memberlakukan faham Syi’ah sebagai madzhab resmi negara. Untuk menerapkan keinginannya ini ia kerap mendapat tantangan dari Ulama’ Sunni. Pertentangan ideologi muncul akibat penerapan faham Syi’ah ini. Syah Isma’l tidak segan segan menerapkan faham ini dengan tindakan kekerasan. Di Baghdad dan Herat, misalnya, Syah Isma’il membunuh secara kejam para Ulama’ dan sastrawan sunni yang menolak ideologi Syi;ah. Akibatnya hinga beberapa dekade kemudian para penganut Sunni di Kurasan, misalnya, harus menyembunyikan identitas Sunni mereka atau mempraktekkan tradisi Sunninya secara sembunyi-sembunyi.
Ima’il adalah orang yang sangat berani dan berbakat. Ambisi politiknya mendorong untuk menguasai negara lain sampai Turki Usmani. Namun dalam peperangan ia dikalahkan pasukan militer Turki yang lebih unggul dalam kemiliteran. Karena keunggulan militer kerajaan Usmani, dalam peperangan ini Isma’il mengalami kekalahan, malah Turki Usmani dibawah pimpinan Sultan Salim dapat menduduki Tabriz. Kerajaan Safawi terselamatkan oleh pulangnya sultan Salim ke Turki karena terjadi perpecahan dikalangan militer Turki di negrinya
Kekalahan akibat perang dengan Turki Usmani ini membuat Isma’il frustasi. Ia lebih senang menyendiri, menempuh kehidupan hura-hura dan berburu. Keadan itu berdampak negatif bagi kerajaan Safawi dan pada akhirnya terjadi persaingan dalam merebut pengaruh untuk dapat memimpin kerajaan Safawi antara suku-suku Turki, pejabat keturunan Persia dan Qizibash.[3]
Rasa pemusuhan dengan Kerajaan Usmani terus berlangsung sepeninggal Ismail I, peperangan antara dua kerajaan besar Islam ini terjadi beberapa kali pada masa pemerintahan Tahmasp I (1524-1576 M), Ismail II (1576-1577 M) dan Muhammad Khudabanda (1577-1567M). Pada masa tiga raja tersebut kerajaan Safawi mengalami kelemahan. Hal ini di karenakan sering terjadinya peperangan melawan kerajaan Usmani yang lebih kuat, juga sering terjadi pertentangan antara kelompok dari dalam kerajaan Safawi sendiri.

C. Masa Kejayaan Kerajaan Safawi
Kondisi Kerajaan Safawi yang memprihatinkan itu baru bisa diatasi setelah raja Safawi ke lima, Abbas 1 naik tahta(1588-1628). Popularitas Abbas 1 ditopang oleh sikap keagamaannya. Ia terkenal sebagai seorang Syi’ah yang shaleh. Sebagai bukti atas kesalehannya adalah bahwa dia sering berziarah ketempat suci Qum dan Masyhad . Disamping itu Ia pun melakukan perubahan struktur birokasi dalam lembaga politik keagamaaan. Lembaga sadarat secara berangsur-angsur dagantikan oleh lembaga Ulama yang dipimpin oleh seorang syichul Islam. Dalam tradisi Sunni lembaga tersebut menunjukkan pemisahan struktur kekuasaan politik antara Ulama dan Umara. Abbas1 telah berhasil menciptakan kemajuan pesat dalam bidang keagamaan, yang membuat ideologi Syi’ah semakin dikukuhkan.[4]
Langkad-langkah yang ditempuh oleh Abbas l dalam rangka memulihkan kerajaan Safawi adalah:
1. Berusaha menghilangkan dominasi pasukan Qizilbash dengan cara membentuk pasukan baru yang berasal dari budak-budak dan tawanan perang bangsa Georgia,Armenia,dan Sircassia
2. Mengadakan perjanjian damai dengan Turki Usmani dengan jalan menyerahkan wilayah Azerbaijan,Georgia, dan disamping itu Abbas berjanji tidak akan menghina tiga Khalifah pertama dalam Islam (Abu Bakr,Umar, dan Usman) dalam khutbah-khutbah Jum’at. Sebagai jaminan atas syarat itu, Abbas memyerahkan saudara sepupunya Haidar Mirza sebagai sandra di Istambul.[5]
Semenjak masa Syah Abbas , pedagang-pedagang Armenia dengan bersekutu dengan Inggris ,Prancis, Belanda,dan dengan dukungan dari samg Syah, tengah bersaing dengan pihak Usmani dan Portugis dalam perdagangan barang-barang sutra, karpet wool,kain selendang,dan porselin. Meskipun demikian, pada akhir abad tujuh belas pedagang-pedagang Eropa pada dasarnya telah menguasai perdagangan Iran dan sejimlah keuntungan Ekonomis dari perdagangan dunia agaknya telah lepas dari Iran.
Kunci dari program administrasi dan ekonomi Syah Abbas adalah pembentukan ibukota baru yang besar Isfahan. Isfahan merupakan kota yang sangat pentibg bagi tujuan politik dan ekonomi bagi negara Iran yang memusat dan bagi legitimasi dinasti Safawiyah. Safawiyah membangun kota baru terdebut mengitari Mydani-Syah,yakni sebuah alun-alun yang besar yang luasnya sekitar 160×500 meter. Alun-alun tersebut berfungsi sebagai pasar tempat perayaan dan sebagai lapangan permainan polo. Ia dikelilingi oleh sederetan toko bertingkat dua, dan sejumlah gedung utama pada setiap sisinya. Pada sisi bagian timur terdapat Masjid Saikh Lutfallah, yang mulai dibangun pada 1603 dan selesai pada 1618, merupakan sebuah oratorium yang disediakan sebagai tempat peristirahatan pribadi Syah.
Sejumlah bazar di Isfahan sangat penting kedudukannya bagi perokonomian negara, sebab ia nerupakan pusat produksi dan kegiatan pemasaran dan mereka berada didalam pengawasan petugas perpajakan negara. Ibukota tersebut juga sama pentingnya bagi vitalitas Islam-Iran. Pada tahun 1666, menurut keterangan seorang pengujung bangsa Eropa,Isfahan memiliki 162 masjid,48 perguruan, dan 273 tempat pemandian umum, yang hampir seluruhnya dibangun oleh Abbas I dan penggantinya Abbas II (1642-1666) Di bawah pemerintahan Abbas I Kerajaan Safawi mencapai kekuasan politiknya yang tertinggi. Pemerintahannya merupakan sebuah pemerintahan keluarga yang sangat dihormati dengan deorang penguasa yang didukungoleh sejumlah pembantu,tentara administrator pribadi. Sang penguasa saecara penuh mengendalikan birokrasi dan pengumpulan pajak, memonopoli kegiatan industri dan penjualan bahan-bahan pakaian dan produk lainnya yang penting, membangun sejumlah kota besar , dan memugar sejumlah tempat keramat dan jalan-jalan sebagai ekspresi dari kepeduliannya terhadap kesejahteraan rakyatnya.[6]
Di bidang politik, keberhasilan menyatukan wilayah-wilayah Persia dibawah satu atap, merupakan kesuksesanya di bidang politik. Betapa tidak, karena sebelumnya wilayah Persia terpecah dalam berbagai dinasti kecil yang bertaburan dimana-mana, sehingga para sejarawan berpendapat bahwa keberhasilan Shafawiyah itu merupakam kebangkitan nasionalisme Persia.[7] Kemajuan yang dicapai kerajaan Safawi tidak hanya terbatas dibidang politik , melainkan bidang lainnya juga mengalami kemajuan . Kemajuan-kemajuan itu antara lain:
1.Bidang Ekonomi
Kemajuan ekonomi dicapai terutama setelah kepulauan Hurmua dikuasai dan pelabuhan Gumrun diubah menjadi bandar Abbas. Dengan dikuasainya Bandar ini maka salah satu jalur dagang laut antara timur dan barat yang biasa diperebutkan oleh Belanda, Inggris, dan Prancis sepenuhnya jadi milik Kerajaan. Sektor pertanian juga mengalami kemajuan terutama didaerah bulan sabit subur.[8]
Letak Geografis Persia yang setrategis dan sebagian wilahnya yang subur sehingga disebut sebagai daerah bulan sabit subur , membuat mata dunia internasional pada saat itu memusatkan perhatiannya ke Persia. Portugal, Inggris, Belanda, dan Prancis berlomba-lomba menarik simpati istana Safawiyah. Bahkan Inggris telah mengirim duta khusus dan ahli pembuat senjata modern guna membantu memperkuat militer Safawiyah.
2.Bidang Ilmu Pengetahuan
Kemajuan di bidang tasawuf ditandai dengan berkembangnya filsafat ketuhanan (al-Hikmah al-ilahiyah) yang kemudian terkenal dengan sebutan filsafat ’’pencerahan’’. Adapun tokoh terbesarnya adalah Mulla Sadra.[9]
Sepanjang sejarah Persia dikenal sebagai bangsa yang telah berperadaban tinggi dan berjasa mengembangkan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, sejumlah ilmuan yang selalu hadir di majlis istana yaitu Baha al-Din al-Sayrazi, generalis ilmu pengetahuan, Sadar al-Din al-Syaerazi, filosof, dan Muhammad al-Baqir ibn Muhammad Damad,filosof,ahli sejarah, teolog dan seorang yang pernah mengadakan obdervasi tentang kehidupan lebah.[10] Selain itu ada juga Bahauddin al-’Amali bukan saja seorang ahli teolog dan sufi, tapi ia juga ahli matematika, arsitek, ahli kimia yang terkenal. Ia menghidupkan kembali studi matematika dan menulis naskah tentang matematika dan astronomiuntuk menyimpulkan ahli-ahli terdahulu.Ia ahli agama terhir dalam idlam yang juga ahli matematika ternama.[11]Dalam bidang ilmu pengetahuan , kerajaaan Safawi dapat dikatakan lebih maju dibanding Mughal dan Usmani
3.Bidang Pembangunan Fisik dan Seni
Kemajuan bidang seni arsitektur ditandai dengan berdirinya sejumlah bangunan megah yang memperindah Isfahan sebagai ibukota kerajaan. Sejumlah Masjid,sekolah, rumah sakit, jembatan yang memenjang diatas Zende Rud dan isana Chihil Sutun. Kota Isfahan juga diperindah dengan kebun wisata yang tertata apik.
Sejumlah kekurangan yang menyertai keberhasilan Syah Abbas yaitu, Abbas tidak pernah berhasil dalam menegakkan sebuah rezim yang benar-benar memusat. Beberapa kebijakannya dalam bidang administratif dan kemiliteran yang mengurangi tokoh-tokoh Turki tidak pernah berhasil menggeser kedudukan mereka. Kebijakannya dalam pergdagangan hanya berhasil dalam sesaat; beberapa progam keagamaan dan artistiknya mestilah disesuaikan dengan kebijakan yang lain . Akhirnya para elite perkotaan dan tuan tanah perkampungan juga terlalu lemah untuk mendukung sebuah negara yang memusat.
Beberapa perayaaan di bulan Muharram menjadi pusat seremonial dalam kalender keagamaan Syi’ah. Pembacaan kisah Hasan yang sangat memilukan hati, beberapa mata acara meliputi arak-arakan masa, pertunjukan yang sangat mengasyikkan, pidato dan pembacaan sya’ir-sya’ir ratapan, melambangkan rasa berkabung dan perasaan bersalah atas kematiannya. Beberapa kelompok ketetanggaam, geng-geng pamuda, dan beberapa faksi keagamaan berlomba-lomba dalam pemujaan terhadap Husayn bahkan sampai menimbulkan pertumpahan darah. Demikianlah Syi’isme telah menyalin seluruh sensibilitas keagamaan yang kompleks yang sebelumnya telah berkembang dalam Sunnisme. Dengan demikian ia telah menjadi sebuah alternatif versi Islam yang kompherensif.[12]Peta Kerajaan Safawi:
D.Kemunduran dan Kehancuran Kerajaan safawi
Kemunduran pemerintahan pusat telah berlangsung sepeninggal Abbas l. Setelah Abbas I tidak ada seorang pun yang memiliki visi ataun kecakapan sebagaimana Abbas, lebih- lebih setelah perjanjian dengan pihak Usmani pada tahun 1639, pasukan militer Safawiyah terbengkalai dan terpecah menjadi sejumlah resimen kecil dan lemah. Pada akhir abad tujuh belas, pasukan militer Safawiyah tidak lagi menjadi sebuah mesin militer yang berguna. Adminitrasi pusat juga mengalami perpecahan, dan beberpa prosedur penertiban pajak dan distribusi pendapatan negara menjadi tidak terkendalikan. Melemahnya pemerintahan pusat memungkinkan bangkitnya sejumlah pemberontakan otoritas Safawiyah. Pada abad delapan belas Iran telah dilanda kondisi anarkis. Di antara pihak yang memperebutkan kekuasaan politik yang paling besar adalah rezim Afghan,Afshar, Zand, dan Qajar. Pada tahun 1724, Ghalzai Afghan mengambil alih kekuasaan atas Isfahan. Selanjutnya Iran diserang oleh Usmani dan bangsa Rusia yang berbatasan dengannya. [13]
Pemberontakan bangsa Afghan tersebut terjadi pertama kali pada tahun 1709 M ,dibawah pimpinan Mir Vays yang berhasil merebut wilayah Qandahar. Pemberontakan lainnya terjadi di Heart, suku Ardabil di Afghanistan berhasil menduduki Mashad. Mir Vays diganti oleh Mir mahmud dan ia dapat memperasatukan pasukan Ardabil, sehimgga ia mampu merebut negri-negri Afghan dari kekuasaan Safawi.
Karna desakan dan ancaman Mir Mahmud,Syah Husain akhirnya mengakui kekuasaan Mir Mahmud dan mengangkatnya menjadi gubernur di Qandahar dengan gelar Husai Quli Khan (budak husain).dengan pengakuan ini,Mir mahmud makin leluasa bergerak sehingga tahun 1721 M, ia dapat merebut Kirman dan tak lama kemudian ia menyerang Isfahan dan memaksa Syah Husain menyerah tanpa syarat. Pada tanggal 12 oktober 1722 M Syah Husain menyerah dan 25 oktober Mir Mahmud memasuki kota Isfahan dengan penuh kemenangan.[14]
Salah seorang putra Husain,bernama Tahmasp II, mendapat dukungan penuh dari suku Qazar dari Rusia,memproklamasikan dirinya sebagai raja yang sah dan berkuasa atas Persia dengan pusat kekuasaanya di kota Astarabat. Tahun 1726 M, Tahmasp ll bekerjasama dengan Nadir Khan dari suku Afshar untuk memerangi dan mengusir bangsa Afghan yang menduduki Isfahan. Asyraf, pengganti Mir Mahmud,yang berkuasa di Isfahan di gempur dan dikalahkan oleh pasukan Nadir Khan tahun 1729 M. Asyraf sendiri terbunuh dalam peperangan itu. Dengan demikian dinasti Syafawi mulai berkuasa. Namun,pada bulan Agustus 1732 M, Thahmasap ll dipecat oleh Nadir Khan dan digantikan oleh Abbas lll (anak Tahmasp ll) yang ketika itu masih sangat kecil. Empat tahun setelah itu,tepatnya tanggal 8 Maret 1736, Nadir Khan mengangkat dirinya sebagai raja menggantikan Abbas lll. Dengan demikian berakhirlah kekuasaan dinasti safawi di persia. [15]
Adapun sebab- sebab kemunduran dan kehancuran kerajaan Safawi adalah:
1. Adanya konflik yang berkepanjangan dengan kerajaan Usmani. Berdirinya kerajaan Safawi yang bermadzhab Syi’ah merupakan ancaman bagi kerajaan Usmani
2. Terjadinya degradasi moral yang melanda sebagian pemimpin kerajaan Safawi, yang juga ikut mempercepat proses kehancuran kerajaan ini.
3. Pasukan Ghulam (budak-budak) yang dibentuk Abbas l ternyata tidak memiliki semangat perjuangan yang tingi.
4. Seringnya terjadi konflik intern dalam bentuk perebutan kekuasaan dikalangan keluarga istana.
Selain hal tersebut di atas,pada abad 17 beberapa kalangan Ulama Syiah tidak lagi mau mengakui bahwa Safawiyah telah mewakili pemerintahan sang imam tersembunyi.pertama,Ulama mulai meragukan otoritas Syah yang berlangsung secara turun temurun tersebut sebagai penanggung jawab pertama atas ajaran islam Syiah. Kedua, selaras dengan keyakinan Syiah,bahkan semenjak masa keghaiban besar tahun 941 sang imam tersembunyi tidak lagi terwakili di muka bumi oleh Ulama.Selanjutnya Ulama menegaskan bahwasannya Mujtahid menduduki otoritas keagamaan yang tertinggi.
Kehancuran rezim ini juga di sebabkan sejumlah perubahan yang luar biasa dalam hal hubungan negara dan agama.Safawiyah semula merupakan sebuah gerakan,tetapi setelah berkuasa rezim ini justru menekan bentuk bentuk millenarian islam sufi seraya cenderung kepada pembentukan lembaga ulama negara. Safawiyah menjadikan Syiisme sebagai agama resmi Iran, dan mengeliminir pengikut sufi mereka sebagai mana yang dilakukanya terhadap ulama sunni.
Krisis abad 18 mengantarkan kepada berakhirnya sejarah Iran pramodern. Hampir diseluruh wilayah muslim, priode pramodern yang berakhir dengan Interfensi, penaklukan bangsa eropa, dan dengan pembentukan beberapa razim kolonial, maka dalam hal ini konsolidasi ekonomi dan pengaruh politik bangsa eropa telah didahului dengan kehancuran Inperium Safawiyah dan dengan liberalisasi ulama. Demikianlah, Rezim safawiyah telah meninggalkan warisan kepada Iran modern berupa tradisi persia perihal sistem kerajaan yang agung, yakni sebuah rezim yang dibangun berdasarkan kekuatan uymaq atau unsur unsur kesukuan yang utama, dan mewariskan sebuah kewenangan keagamaan syiah yang kohesif, monolitik dan mandiri.[16]
[1] Badri Yatim,Sejarah Peradaban Islam,Jakarta :Rajawali Pers,1993,Hlm 139-140.
[2] Lapidus,Ira m,Sejarah Sosoial Umat Islam,Jakarta:Rajawalipers,1999,hlm442
[3] Didin Saepudin,Sejarah Peradaban Islam,Jakarta:Uin Jakarta press,2007,hlm179
[4] Ibid,hlm 180
[5] Carl Brokelmann,Tarikh asy-Syu’ub al-Islamiyah,Beirut:Dar el-Ilm,1974,hlm503
[6] Opcit,Lapidus,hlm 452.
[7] Opcit,Carl Brockelmann,Tarikh,hlm505.
[8] Ibid,hlm144.
[9] Opcit,Didin Saipudin,hlm180
[10] Opcit,Carl Brockelmann,hlm504.
[11] SH Nasr, Sains dan Peradaban di Dalam Islam, Bndung:1986,hlm40-41.
[12] Opcit,Lapidus Ira M,hlm 462.
[13] Ibid,hlm463.
[14]PM Holt,The Cambrigde History Of Islam,Bandung:1970,hlm.426.
[15] Ibid, hlm.428 -429.
[16] Opcit,Lapidus Ira M,hlm.465-467














ILMU LADUNNI


A.    Pendahuluan
1.    Latar Belakang
Dalam kehidupan kita sehari-hari kita sering menemukan istilah ilmu ladunni, misalkan seorang siswa yang tidak pernah belajar, selalu duduk di bangku belakang di kelas, tapi ketika ujian nilainya selalu bagus, maka temannya akan bilang bahwa anak ini memiliki ilmu ladunni, atau di sebuah pondok di Bangkalan diyakini oleh santrinya bahwa dihalaman pondoknya, ada tanah jika santri menginjak tanah tersebut akan mendapat ilmu ladunni semudah itukah ilmu ladunni, seperti apa ilmu ladunni, apakah ada dalam al-Qur’an dan Hadist atau ajaran Islam tentang ilmu ladunni, serta bagaimana cara mendapatkan ilmu tersebut.
Kita akan memperluaskan sedikit pembahasan tentang Ilmu laduni ini, karena semakin banyak orang Islam yang mengaku telah memiliki ilmu aneh ini, kemudian membuat kekacauan dikalangan umat Islam. Sehingga, perlu bagi seorang muslim yang ingin menjaga aqidahnya untuk mengetahui hakekat ilmu laduni tersebut. Disana ada beberapa pertanyaan : Mungkinkah ilmu laduni ini bisa dicari ? Apakah ilmu ini merupakan pemberian Allah kepada orang-orang tertentu, sehingga tidak semua orang bisa memilikinya ? Apakah orang yang memiliki ilmu ini sudah sampai derajat keimanan yang sangat kuat, sehingga dibolehkan meninggalkan sebagian kewajibannya sebagai orang muslim, sebagaimana diyakini orang sekarang
Nah untuk lebih memahami ilmu ladunni ini maka penulis mengangkat masalah tersebut dalam sebuah makalah tentang ilmu ladunni, pengertian dan juga bagaimana cara mendapatkannya. Sehingga tidak trjadi kesalahpahamanan tentang ilmu laduni
diyakini oleh sebagian orang ?


B.    PEMBAHASAN
1.    Pengertian
Ilmu ladunni diambil dari kalimat 'minladunna ilman', ... ilmu yang berasal dari sisi Kami (Allah) tercantum dalam QS. Al Kahfi : 65
" lalu mereka bertemu dengan seorang hamba diantara hamba-hamba Kami, yang telah Kami berikan rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami"
yaitu ilmu yang langsung berasal dari Allah berupa ilham atau wahyu. Menurut para mufassir hamba Allah di sini adalah nabi Khaidhir, dan yang dimaksud dengan rahmat ialah wahyu dan kenabian. Sedang yang dimaksud ilmu ialah ilmu tentang yang ghaib seperti yang tercantum dalam kisah nabi Musa dan nabi Khidhir berikut ini:
Musa berkata kepada Khidhir: bolehkah aku mengikutimu supaya mangajarkan kepadaku ilmu yang benar diantara ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu ? Dia menjawab: sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan saggup sabar bersamaku. Dan bagaimana kamu dapat sabar atas sesuatu, yang kamu belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentang hal itu ? Musa berkata: insya Allah kamu akan mendapati aku sebagai seorang yang sabar, dan aku tidak akan menentangmu dalam sesuatu urusanpun. Dia berkata: kamu mengikutiku, maka janganlah kau menanyakan kepadaku tentang sesuatu apapun, sampai aku sendiri menerangkannya kepadamu. Maka berjalanlah keduanya, hingga tatkala keduanya menaiki perahu lalu Khidhir melobanginya, Musa berkata: mengapa kamu melobangi perahu itu yang akibatnya kamu menenggelamkan penumpangnya ? Sesungguhnya kamu telah berbuat kesalahan yang besar. Dia (Khidhir) berkata: bukankah aku telah berkata : sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sabar bersama dengan aku. Musa berkata : janganlah kamu menghukum aku karena kelupaanku dan janganlah kamu membebani aku dengan sesuatu kesulitan dalam urusanku. Maka berjalanlah keduanya: hingga tatkala keduanya berjumpa dengan seorang anak, maka Khidhir membunuhnya. Musa berkata: mengapa kamu bunuh jiwa yang bersih, bukan karena dia membunuh orang lain ? sesungguhnya kamu telah melakukan suatu yang mungkar. Khidhir berkata: bukanlah sudah kukatakan kepadamu, bahwa sesungguhnya kamu tidak akan dapat sabar bersamaku ? Musa berkata: jika aku bertanya kepadamu tentang sesuatu sesudah ini maka janganlah kamu memperbolehkan aku menyertaimu, sesungguhnya kamu sudah cukup memberikan uzur padaku. Maka keduanya berjalan: hingga takala keduanya sampai kepada penduduk suatu negeri, mereka minta dijamu kepada penduduk negeri itu, tetapi penduduk negeri itu tidak mau menjamu mereka, kemudian keduanya mendapatkan dalam negeri itu dinding rumah yang hampir roboh, maka Khidhir menegakkan dinding itu. Musa berkata: jikalau kamu mau niscaya kamu mengambil upah untuk itu. Khidhir berkata: inilah perpisahan antara aku dengan kamu: aku akan memberitahukan kepadamu tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya. Adapun bahtera itu adalah kepunyaan orang-orang miskin yang bekerja di laut, dan aku bertujuan merusakkan bahtera itu, karena di hadapan mereka ada seorang raja yang merampas tiap-tiap bahtera. Dan adapun anak itu maka kedua orang tuanya adalah orang-orang mukmin, dan kami khawatir bahwa dia akan mendorong kedua orang tuanya itu kepada kesesatan dan kekafiran. Dan kami menghendaki supaya Tuhan mereka mengganti bagi mereka dengan anak lain yang lebih baik kesuciannya dari anaknya itu dan lebih dalam kasih sayangnya (kepada ibu bapaknya) Adapun dinding rumah itu adalah kepunyaan dua orang anak yatim di kota itu dan dibawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdua, sedang ayahnya adalah seorang yang shaleh, maka tuhanmu menghendaki agar supaya mereka sampai kepada kedewasaannya dan mengeluarkan simpanannya itu sebagai rahmat dari tuhanmu. Dan bukanlah aku melakukannua itu menuruti kemauanku sendiri, demikian itu adalah tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya. (QS. Al Kahfi:66-82)
Dari kisah tadi dapat disimpulkan bahwa ilmu ladunni adalah ilmu mukasyafah (mampu melihat dengan pandangan bathinnya) yang berasal dari ilham maupun dari wahyu.
Juga dapat disimpulkan bahwa ilmu mukasyafah banyak bertentangan dengan ilmu syariat yang ada, sehigga tidak bisa dijadikan landasan hukum agama. Karena itu Musa selalu membantah apa yang dilakukan oleh nabi Khaidhir. Maka dari itu ilmu mukasyafah itu hanya untuk diri sendiri dan bagi yang mengerti ilmu ini saja, bukan dijadikan dalil hukum-hukum agama. Kecuali yang tidak bertentangan dengan nash Alqur'an dan Al hadist .
Ilmu mukasyafah ini bukan hasil mempelajari suatu ilmu tetapi merupakan ilham yang diletakkan kedalam jiwa orang mukmin yang hatinya bersih. Jika hal ini terjadi kepada kita maka kita diberi kefahaman untuk menangkap suatu kejadian yang sedang terjadi maupun yang akan terjadi. Karena jiwa yang bersih dapat melakukan komunikasi kepada sumber ilmu yaitu Allah yang maha mengetahui segala sesuatu.
Adapun manfaat ilmu mukasyafah ini adalah untuk menjaga dan mempersiapkan segala kemungkinan yang akan terjadi terhadap kita maupun terhadap lingkungan, sehingga kita bisa mengantisipasi sedini mungkin ... ittaquu firasatal mukmin ... percayalah kepada firasatnya orang-orang mukmin
Dikalangan ummat-ummat sebelum kalian telah ada muhaddatsun. Kalaupun ada seorang diantara ummat yang seperti itu maka dialah Umar bin khathab (mutthafaqun alaih )
Menurut Ibnu Atsir : penafsiran kata "muhaddatsun" pada hadist diatas adalah: mulhamun (orang-orang yang mendapat ilham) dan pengertian mulham (bentuk tunggal dari mulhamun) adalah orang yang disusupkan sesuatu kedalam jiwaanya, lalu dengan sesuatu tersebut dia mengabarkan dugaan dan firasat. Dan sesuatu tersebut merupakan salah satu jenis dari wahyu yang Allah istimewakan dengan siapa saja yang Dia kehendaki diantara hamba-hambaNya yang dipilih, seperti Umar bin khathab.
2.    Cara mendapatkan Ilmu Ladunni
ilmu laduni dan cara/jalan untuk mendapatkannya didalam ALQU’AN DAN HADITS :

a. Takut Kepada Allah
kitab alhikam, syaikh ibnu athoillah alasykandary (kepala madrasah alazhar-asyarif abad ( 7 hijriah) menyebutkan nukilan ayat darialqur’anulkarim :




artinya :“Takutlah kepada Allah niscaya Allah akan mengajari kalian“
Sifat takut/tunduk/patuh hanya kepada Allah, sangatlah mulia. Bukan saja ilmu laduni
yang Allah beri tapi Allah akan tundukan semua makhluq padanya bahkan para
malaikatpun akan berkhidmad dan senantiasa membantunya (atas izin Allah), sebagai
mana maksud dari haidts nabi SAW :
Nabi saw bersbda :“man khofa minallahi khofahu kulla syai waman khofa ghoirallah
khofa min kulli syai”

artinya :“Barang siapa yang takutnya hanya kpd Allah maka Smua makhuq akan takut/tunduk padanya. Barangsiapa takut/tunduknya kpd selain Allah maka semua makhluq akan (menjadi asbab) ketakutan baginya“
Lihatlah kisah-kisah salafushalih kita, bagaimana pasukan dakwah sahabat berjalan diatas
air melintasi sungai tigris irak, pasukan dakwah sahabat yang berjalan melintasi laut
merah, mu’adz bin jabal ra shalat 2 rekaat maka gunung batu yang besar terbelah dua-
membuka jalan untuknya, para sahabat terkemuka boleh mendengarkan dzikir benda-
benda mati (roti dan mangkuk) .
Abu dzar alghifary ra. atas perintah khalifah umar ra., beliau ditugaskan utk memasukan
kembali lahar gunung berapi yang sudah keluar dari kawahnya. maka atas izin Allah,
lahar panas tsb masuk kembali ke kawah gunung tsb (hayatushabat).
Abdullah atthoyar ra. boleh terbang seprti malaikat yang punya sayap, maka ketika
ditanya oleh rasulullah, apa yang menjadi asbab Allah berikan karomah tersebut, maka
beliau menjawab”saya pun tidak tahu, tapi mungkin karena aku dari sebelum saya
masuk islam sampai sekarng pun saya tidak pernah minum khamr,…dst”.
b. Mengamalkan Ilmu Yang diketahui
sebuah hadits shohih menyebutkan bahwa nabi muhammad saw bersabda :
“man ‘amila bimaa ‘alima waratshullahu ‘ilma maa lam ya’lam”
Artinya : Nabi SAW bersabda :” BARANGSIAPA YANG MENGAMALKAN ILMU YANG IA KETAHUI MAKA ALLAH AKAN MEMBERIKAN KEPADANYA ILMU YANG BELUM IA KETAHUI”
c. Tidak Mencintai Dunia
‘alammah suyuti rah. berkata :“kamu menganggap bahwa ilmu mauhub adalah diluar kemampuan manusia. Namun hakikatnya bukanlah demikian, bahkan cara untuk menghasilkan ilmu ini adalah dengan beberapa asbab. Melalui ini Allah swt. telah menjanjikan ilmu tersebut. Asbab-asbab itu adalah seperti : beramal dengan ilmu yang diketahui, tidak mencintai dunia dan lain-lain….”

3.    Menelurusi hakikat ilmu Laduni
Ilmu laduni-nya Nabi Khidhir menurut surat Al Kahfi – difokuskan pada satu masalah saja, yaitu pengetahuan tentang masa depan, walau secara rinci digambarkan dalam tiga peristiwa, yaitu merusak kapal yang sedang berlabuh di pinggir pantai, membunuh anak kecil yang ditemukan di tengah jalan, dan memperbaiki dinding yang mau roboh.
Kalau kita padukan antara ilmu laduni dengan ketiga peritiswa di atas, akan kita dapati benang merah yang menghubungkan antara keduanya, yang konklusinya sebagai berikut : Ilmu laduni adalah ilmu yang bersumber dari Allah swt ( dan Allah sajalah Yang memegang kunci-kunci alam ghoib ), sedang inti dari ilmu laduni yang dimiliki Nabi Khidhir as adalah pengetahuan tentang masa depan yang nota benenya adalah ilmu ghoib , berarti ilmu laduni yang diajarkan kepada nabi Khidhir adalah ilmu ghoib.
Oleh karenanya, kalau kita katakan bahwa Khidhir as adalah seorang Nabi - dan ini adalah pendapat yang benar -, maka Allah telah mengajarkan kepada Nabi Khidhir sebagian ilmu ghoib, dan ini wajar-wajar saja, karena salah satu ciri khas wahyu adalah pengetahuan tentang sebagian ilmu ghoib. Dan hal ini hanya dimiliki oleh para nabi dan utusan Allah atau orang-orang yang dikehendaki Allah swt, sebagaimana yang termaktub di dalam firman-Nya :

“ Dia-lah 9 Allah ) Yang mengetahui ghoib dan Dia tidak memperlihatkan tentang yang ghoib tersebut kepada siapapun juga. Kecuali kepada para Rosul yang diridhoi-Nya, maka sesungguhnya Dia mengadakan penjaga-penjaga ( Malaikat ) di muka dan di belakangnya “ ( QS. Jin : 26-27)
Namun seiring dengan berjalannya waktu, istilah ilmu laduni menjadi berkembang artinya. Yaitu setiap orang yang mempunyai kelebihan yang aneh-aneh ( yang diluar kewajaran manusia ), mereka menganggapnya mempunyai ilmu laduni. Seperti kalau kita melihat seseorang berjalan diatas air, atau mengetahui kejadian pada masa yang akan datang , atau dia bisa masuk batu dan selamat dari kepungan musuh atau bisa melihat sesuatu kemudian menjadi hancur dan lain-lainnya. Bukan hanya itu saja, orang yang bisa menghafal sesuatu dengan cepat, atau mampu menjawab pertanyaan- pertanyaan dalam ujian, tanpa kelihatan dia belajar sebelumnya, sering di klaim, telah memiliki ilmu laduni. Maka jika sekarang, ada orang yang tiba-tiba mengaku mempunyai ilmu laduni, bisa nggak kita mempercayainya?
Untuk menjawab pertanyaan diatas, kita harus merinci dahulu permasalahannya, pada point-point di bawah ini :
1. Kalau yang dia maksudkan ilmu laduni seperti yang dimiliki nabi Khidir as, atau sejenisnya, maka kita tidak boleh mempercayainya sama sekali, karena itu hanya dimiliki oleh para nabi. Kalau dia mengakui memilikinya, sama saja kalau dia mengaku mendapatkan wahyu dari langit atau dengan kata lain dia mengaku nabi, karena yang didapat nabi Khidir tidak lebih dari pada sebuah wahyu.
Seseorang mungkin bisa mengetahui ilmu ghoib dengan perantara Jin atau syetan. Karena Jin dan syetan sering mencuri pendengaran tentang hal-hal ghoib dari langit. Sebagaimana firman Allah di dalam surat Al Hijr : 17-18,
“ Dan Kami jaga langit-langit tersebut dari syetan yang terlaknat, kecuali mereka yang mencuri pendengaran ( dari hal-hal yang ghoib ) , maka dia akan dikejar oleh batu api yang nyata “


Ayat – ayat senada juga bisa dilihat di dalam surat As Shoffat :10 dan surat Jin: 9.
2. Tapi kalau yang dia maksudkan ilmu laduni adalah ilmu-ilmu kanuragan ( ilmu kesaktian ) yang ia dapatkan dengan latihan-latihan tertentu, seperti bertapa di tengah sungai selama 40 hari 40 malam, atau puasa selama 40 hari berturut-turut, atau dengan hanya makan nasi putih saja tanpa lauk dalam jangka waktu tertentu atau dengan cara-cara lain yang sering dikerjakan orang. Maka kita akan teliti dahulu, apakah cara-cara seperti itu pernah diajarkan oleh Rosulullah saw dan para sahabatnya atau tidak ? Kalau jawabannya tidak, berarti dia mendapatkan ilmu tersebut dengan meminta bantuan dari jin dan syetan. Sebagaimana kita banyak dapati sebagian orang bisa kaya mendadak dengan meminta bantuan Jin dan Syetan. Perbuatan seperti ini dilarang oleh Islam, sebagaimana firman Allah didalam surat Jin : 6
“ Dan sesungguhnya ada diantara manusia yang meminta perlindungan dari segolongan Jin , maka segolongan Jin itu hanya aka menambah kepada mereka kesusahan. “

Kita dapati banyak orang pada zaman sekarang yang memelihara Jin untuk memperoleh kekayaan dengan cepat, akhirnya dia menjadi “ tumbal” jin yang ia pelihara. Jin itu memangsa tuannya sendiri. Sungguh Maha Benar Allah dengan segala firman-Nya.
3. Jika ilmu laduni tersebut dia dapatkan dengan bertaqwa kepada Allah dengan menjalankan perintah- perintahNya serta menjauhi segala larangan-Nya sesuai dengan apa yang diajarkan oleh Rosulullah saw, maka kita harus percaya kepadanya, tetapi tidak kita sebut ilmu laduni, kita sebut karomah atau ilham atau firasat, menurut jenis kelebihan yang ia punyai. Sebagaimana firman Allah dalam surat Al Baqarah : 282
“ …dan bertaqwalah kamu kepada Allah, niscaya Allah akan mengajarimu …”

Firman Allah di dalam surat Al Hijr : 75
 “ Dan sesungguhnya pada peristiwa tersebut ( hancurnya kaum Luth ) merupakan tanda bagi orang- orang yang mempunyai firasat “


Dan banyak dalil –dalil lain yang menyebutkan adanya istilah-istilah tersebut dalam ajaran Islam .
Perlu di garis bawahi, bahwa orang yang punya kelebihan tersebut tidak akan mengaku- ngaku atau mengumumkan ilmu yang ia miliki di depan umum , kecuali kalau ada maslahat dibalik pemberitahuannya, sehingga dengan terpaksa dia memberitahukan ilmunya itu kepada orang lain. Wallahu a’lam.


C.    KESIMPULAN
Dari pembahasan makalah tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa :
1.    Ilmu ladunni diambil dari kalimat 'minladunna ilman', ... ilmu yang berasal dari sisi Kami (Allah) tercantum dalam QS. Al Kahfi : 65
2.    Ilmu ini dinisbahkan kepada nabi Khidir as, yaitu berupa pengetahuan tentang masa depan
3.    Cara mendapatkan Ilmu Ladunni yaitu dengan takut kepada Allah, mengamalkan ilmu yang sudah diketahui dan tidak mencintai dunia.
4.    Ada kesalahpahaman dalam dunia muslim tentang ilmu ladunni, jika yang dimaksud ilmu ladunni adalah kejadian tentang peristiwa nabi Khidir as dengan nabi Musa, pengetahuan nabi khidir itu tak lepas dari pangkat beliu sebagai seorang nabi, sudah tentu dia diberi kelebihan oleh Allah berupa wahyu dari Allah, Jika ilmu ladunni itu seperti ilmu kanuragan atau kesaktian maka kalau ingin mendapatkannya tentu ada syarat-syarat yang harus dilakukan seperti puasa, tidak tidur, nah jika demikian kita lihat prosesnya sesuai dengan ajaran Islam atau tidak, bisa jadi ilmunya didapat dengan bantuan jin atau setan. Jika ilmu laduni tersebut dia dapatkan dengan bertaqwa kepada Allah dengan menjalankan perintah- perintahNya serta menjauhi segala larangan-Nya sesuai dengan apa yang diajarkan oleh Rosulullah saw, maka kita harus percaya kepadanya, tetapi tidak kita sebut ilmu laduni, kita sebut karomah atau ilham atau firasat, menurut jenis kelebihan yang ia punyai.
Sekian pembahasan tentang ilmu ladunni semoga bermanfaat, Allhu’a’lam bishowab







Senin, 02 April 2012

AL-QUR’AN SELALU SESUAI DENGAN WAKTU DAN TEMPAT


AL-QUR’AN SELALU SESUAI DENGAN WAKTU DAN TEMPAT

A.     PENDAHULUAN
Kaum muslimin diseluruh dunia meyakini bahwa Alqur’an adalah salah satu kitab suci yang diturunkan oleh Allah SWT untuk dijadikan sebagai petunjuk bagi seluruh umat manusia (al-Israa’: 9) dalam menjalankan kehidupan ini. Kitab suci Allah yang diturunkan sebelumnya adalah zabur, taurat dan Injil. Dengan demikian, Alqur’an adalah kitab penyempurna dari kitab-kitab sebelumnya.
Konsekuensi dari penyempurna kitab-kitab sebelumnya adalah Alqur’an haruslah shalih li kulli zaman wal makaan (Alqur’an itu selalu cocok untuk setiap waktu dan tempat). Lantas pertanyaannya adalah disaat Alqur’an terbatas dengan ruang dan waktu kondisi Arab pada waktu itu, atau sebagaimana ungkapan Nasr Hamid Abu Zayd “Al-qur’an adalah produk budaya Arab”, bagaimana agar Alqur’an itu sesuai dengan zaman (waktu) dan tempat?.
Untuk menjawab permasalahan di atas, Muhammad Syahrur seorang pemikir asal Syiria mengatakan bahwa “Al-Qur’an harus selalu ditafsirkan sesuai dengan tuntutan kontemporer yang dihadapi umat manuisa”.
Hal senada pun dikatakan Muhammad Arkoun seorang pemikir Aljazair kontemporer mengatakan bahwa “Al-Qur’an memberikan kemungkinan-kemungkinan arti yang tidak terbatas. Kesan-kesan yang diberikan oleh ayat-ayatnya mengenai pemikiran dan penjelasan pada tingkat wujud adalah mutlak. Dengan demikian ayat selalu terbuka (untuk interpretasi) baru, tidak pernah pasti dan tertutup dalam interpretasi tunggal”. Maka tidaklah berlebihan jika Al-Qur’an diibaratkan seperti lautan yang tak bertepi, karena kandungan maknanya sangat luas atau sebagaimana yang diungkapan oleh Dr. Darraz bahwa “ayat-ayat Al-Qur’an itu bagaikan batu permata yang setiap sudut-sudutnya dapat memancarkan berbagai ragam cahayanya. Cahaya-cahaya yang dipancarkannya itu tidak sama kesannya pada masing-masing sisi, tergantung pada sudut pandang orang yang melihatnya”.

B.     PEMBAHASAN
Agama Islam sebagai agama samawi terakhir adalah agama penyempurna dari agama sebelumnya, Islam datang bukan hanya untuk bangsa Arab akan tetapi untuk semua manusia sampai akhir zaman tentu sebagai agama samawi terakhir agama Islam membawa ajaran-ajaran selalu sesuai dengan perkembangan zaman dan tempat dan Al-Qur’an sebagai kitab suci pedoman umat Islam sudah tentu juga sesuai dengan tempat dan waktu.Jika tidak mana mungkin Al-Qur’an  menjadi pedoman umat sampai akhir zaman
Rahasia-rahasia dalam al-Qur'an merupakan rahmat bagi orang beriman, dan di sisi lain, al-Qur'an memberikan ancaman bagi orang-orang kafir, baik di dunia ini maupun di akhirat kelak. Allah menjelaskan kenyataan ini dalam sebuah ayat sebagai berikut:


"Dan Kami turunkan dari al-Qur'an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan al-Qur'an itu hanyalah menambah kerugian bagi orang-orang yang zalim." (Q.s. al-Isra': 82).
Ketika seseorang membaca ayat-ayat Al-Qur’an, dan perhatiannya tertuju kepada rahasia-rahasia yang terkandung dalam ayat ini, maka yang harus ia lakukan adalah berusaha mengetahui maksud Allah di balik berbagai peristiwa, lalu memikirkan segala sesuatunya berdasarkan al-Qur'an. Maka, orang-orang pun akan menyadari dengan kesadaran yang mendalam tentang rahasia-rahasia tersebut, sehingga al-Qur'an akan mengendalikan kehidupan mereka dan kehidupan orang lain.
Kebenaran adalah apa yang dinyatakan dalam al-Qur'an. Siapa pun yang membaca al-Qur'an dengan ikhlas, lalu memikirkan berbagai peristiwa berdasarkan al-Qur'an dan iman, dan mendekatkan diri kepada Allah, ia akan melihat dengan jelas rahasia-rahasia ini.

Kesesuaian Al-Qur’an dengan setiap waktu dan tempat merupakan bentuk kemu’jizatan AlQur’an. Bukti-bukti daya kebenaran kemu’jizatan Al-Qur’an dapat dilihat antara lain dari aspek keabadian bahasanya, aspek isyarat ilmiahnya, aspek penetapan hukum dan aspek prediksinya tentang hal-hal yang ghaib.Maka dari itu penulis akan sedikit membahas tentang sesuatu peristiwa yang sebenarnya telah ada dalam al-Qur’an sejak dahulu tetapi baru terungkap rahasianya pada abad sekarang ini.
1.         Dari  Keabadian Bahasa Al-Qur’an
Dalam aspek bahasa penulis hanya ingin mengatakan bahwa bahasa yang dipakai oleh Al-Qur’an  adalah bahasa Arab, bahasa Arab Al-qur’an ini dari dulu sampai sekarang tetap tidak mengalami perubahan, hal ini berbeda dengan kitab-kitab suci sebelumnya, yang telah mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan zaman,maka tidak heran kitab injil yang ditulis seribu atau dua ratus tahun yang lalu berbeda dengan kitab Injil yang ada sekarang.Bahasa Arab Al-Qur’an tidak mengalami perubahan, walaupun bahasa Arab sendiri mengalami perkembangan.
Mungkin ada manfaatnya kita kemukakan lagi pandangan Hamka, seorang tokoh Muhammadiyah, dalam bukunya “Pelajaran Agama Islam” yang pernah menulis mengenai keaselian al-Qur’an dan pengalamannya dengan orientalis:
 “Dalam perjalanan saya ke Amerika pada bulan Oktober 1952, sampailah saya menziarahi Yale University di New Haven (Connecticut, U.S.A.). Di sana orang sedang merayakan dan mensykuri selesainya satu pekerjaan besar yang telah dikerjakan selama 15 tahun, dan panitianya terdiri dari 40 gereja. Yaitu menyalin kitab Bible bahasa Inggeris dari salinan yang lama, yaitu dizaman pemerintahan King James di tahun 1612.
Maka sejak tahun itu 1612 itu bahasa Inggeris sudah sangat jauh perkembangannya. Sebab itu haruslah disesuaikan bahwa salinannya yang lama itu dengan bahasa sekarang ini. 15 tahun bekerja 40 gereja membentuk panitia. Di dalam menentukan pemilihan satu-satu bahasa, kadang-kadang memakan waktu berbulan-bulan. Kalau terjadi perselisihan, kadang-kadang terpaksalah diambil hukum system! Padahal haruslah diakui bahwasanya system suara itu, tidaklah selalu berjalan menurut garis benar dan salah. Tetapi yang nyata ialah menurut garis menang dan kalah. Suara terbanyaklah yang menang!

Dan Yale University di dalam sejarah terkenal bahwa dia termasuk University yang besar jasanya di dalam mempertahankan agama Kristen dan penyiarannya.
 Pada waktu itu saya dihantarkan oleh seorang professor muda, Prof. Hendon. Beliaulah yang membawa saya berkeliling melihat-lihat pameran kitab-kitab suci yang ditulis 200 tahun yang lalu, 600 tahun yang lalu, 800 tahun dan seterusnya. Ketika kami membicarakan soal penyalinan itu beliau berkata, “Beruntunglan Tuan orang Islam! Sebab tuan mempunyai Qur’an yang tidak usah diperkomitekan dan dipanitiakan, sebab tuan mempunyai bahasa suci yagn aseli dan tetap. Bahkan bahasa Arab yang terpakai setiap harilah yang harus disesuaikan kepada Qur’an, bukan Qur’an yang harus disesuaikan kepada perkembangan bahasa.”

Dari pengalaman Hamka tersebut kita mengetahui, bahwa bahasa Inggris Bible mengalami perubahan sesuai perkembangan waktu. Hal ini berbeda dengan bahasa Arab Al-Qur’an, bukan bahasa Arab Al-Qur’an yang menyesuaikan dengan sehari-hari, tetapi bahasa Arab sehari-hari itulah yang harus menyesuaikan dengan Al-Qur’an.

2.                  Isyarat Ilmiah Dalam Al-Quran
Sebelum menapaki pembahasan Ijaz ilmy dalam Al-Quran, perselisihan para ulama sudah lama berlangsung antara pro dan kontra baik pada masa silam hingga masa kontemporer. Dalam kitabnya Jawhir Al-Quran, Imam Al-Ghazali menerangkan pada bab khusus bahwa seluruh cabang ilmu pengetahuan yang terdahulu dan yang kemudian, baik yang telah diketahui maupun yang belum, semua bersumber dari Al-Quran. Al-Imam As-Syatibi tidak sependapat dengan Al-Ghazali dalam kitabnya Al-Muwafaqat, beliau berpendapat bahwa para sahabat tentu lebih mengetahui Al-Quran dan apa-apa yang tercantum di dalam nya, tapi tidak seorang pun di antara mereka yang menyatakan bahwa Al-Quran mencakup seluruh cabang ilmu pengetahuan.

Menurut penulis, dalam bahasan hubungan Al-Quran dan Ilmu pengetahuan bukan dinilai dengan banyaknya cabang-cabang ilmu pengetahuan yang tersimpul di dalamnya, bukan pula dengan menunjukkan kebenaran teori-teori ilmiah, tetapi pembahasan hendaknya diletakkan pada proporsi yang lebih tepat sesuai dengan kemurnian dan kesucian Al-Quran dan sesuai juga dengan logika ilmu pengetahuan.

Maka dari sini sebelum melangkah lebih jauh lagi terlebih dahulu perlu digaris bawahi bahwa Al-Quran bukan suatu kitab ilmiah sebagaimana halnya kita-kitab ilmiah yang dikenal selama ini. Dan letak kesalahan yang sudah umum adalah bahwa mereka mencoba untuk mengaitkan Al-Quran dengan setiap teori-teori ilmiah dan dengan kemajuan ilmu pengetahuan modern. Sesudah itu ternyata apa yang dikaitkan tidak benar, karena mereka terlalu tergesa-gesa dalam membuat keputusan. Mungkin tujuan mereka yang utama adalah hendak menguatkan Al-Quran dengan ilmu pengetahuan. Akan tetapi sebenarnya Al-Quran itu tidak perlu dikuatkan lagi dengan ilmu pengetahuan karena Al-Quran bukanlah sebuah buku ilmu pengetahuan melainkan sebuah kitab petunjuk, akidah dan hidayah.

Mukjizat keilmiahan Al-Quran berarti bukan terdirinya atau karena cakupannya atas teori-teori ilmiah yang selalu terbaharui dan berganti sesuai dengan kemampuan dan usaha manusia. Akan tetapi letaknya pada perintah untuk berfikir yang menyuruh manusia untuk tadabbur dan berfikir hingga tidak lumpuh dan mandeg pikirannya.

Perlu ditekankan disini bahwa hakikat-hakikat ilmiah yang disinggung Al-Quran, dikemukakaknnya dalam redaksi yang singkat dan sarat makna, sekaligus tidak terlepas dari ciri umum redaksinya yakni memuaskan orang kebanyakan dan para pemikir. Orang kebanyakan memahami redaksi tersebut ala kadarnya, sedangkan para pemikir melalui renungan dan analisais mendapatkan makna-makna yang tidak terjangkau oleh orang kebanyakan

Telah jelas dalam Ilmu Allah, bahwasanya sesudah beberapa abad sejak diturunkan Al-Quran. Dia mengetahui akan kedatangan segolongan manusia yang mengatakan sekarang telah berlalu jaman keimanan, dan mulailah jaman ilmu pengetahuan. Karena itulah Allah telah mencantumkan dalam Al-Quran mengenai gambaran-gambaran berbagai hakikat alamiah. Hal itu telah dijelaskan terlebih dahulu sejak 14 abad yang silam, sebelum disingkap oleh akal manusia, melainkan pada masa akhir-akhir ini saja.

Dari sini kita memperhatikan, bahwasanya AlQuran senantiasa memberikan pengertian yang baru mengenai kemukjizatannya. Sesuai dengan ayat berikut:




Kami akan memperlihatkan kepada mereka tand-tanda (kekuasaan) Kami di segenap ufuk dan pada diri mereka sindiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al-Quran adalah benar. (Q.S. Fushshilat, 41:53)

Seandainya Al-Quran menumpahkan semua pengertian atau kemukjizatannya hanya dalam beberapa waktu, tahun, atau abad saja, niscaya abad-abad selanjutnya akan dilalui tanpa ada lagi kemukjizatan yang timbul. Oleh karena itulah Rasulullah Saw. tidak menafsirkan wahyu-wahyu yang turun kepadanya selain hukum-hukum agama, sedangkan hukum Alam dari hal yang disingkapkan oleh Allah mengenai ilmu yang akan dicapai oleh manusia di masa depan, dan segala yang akan nyata bagi alam ini sesudah itu, maka Rasulullah tidak menerangkan penafsirannya. Sebab akal ketika saat turun wahyu, masih belum siap untuk memahami hakikat-hakikat alamiah itu. Maka yang diterangkan pada waktu itu hanya sedikit saja.

Kembali kepada ayat diatas huruf sin dalam kalimat Sanurihim menunjukkan waktu akan datang, dan waktu (masa) depan itu tidak ada ujungya. Karena itu kita katakan bahwa Al-Quran akan terus berkelanjutan pada generasi sekarang dan sesudahnya, hingga hari kiamat. Disini Allah telah memberi tahu bahwa di masa depan akan tersingkap berbagai hakikat dan keterangan bagi setiap generasi. Akan tetapi bukanlah berarti bahwa kita boleh sewenang-wenang memberikan makna pada Al-Quran dengan sesuka hati, atau diperlakukan sama seperti buku-buku lain. Padahal Al-Quran diturunkan bukan untuk memberitakan rahasia-rahasia ilmu bangunan, astronomi, angkasa luar, atau yang lainnya. Akan tetapi Al-Quran adalah sebuah kitab petunjuk. Sebagaimana dijelaskan pada permulaan surat Al-Baqarah.
Sebagai contoh salah satu ayat yang menunjukkan isyarat ilmiah Al-Quran adalah Ihwal Awan





Tidakkah kamu melihat (bagaimana) Alllah mengarak awan, kemudian mengumpulkan (bagian-bagian)nya, kemudian menjadikannya bertindih-tindih, maka kamu melihat hujan keluar dari celah-celahnya (awan). Allah juga menurunkan (butiran-butiran) es bermula dari langit (yatiu dari gumpalan-gumpalan awan seperti) gunung-gunung, maka ditimpakannya kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan dipalingkannya dari siapa yang dikehendakiNya. Kailauan kilatnya hampr-hampir menghilangkan penglihatan. (QS An-Nur; 24:43)

Ayat ini berbicara tentang awan dan proses terjandinya hujan. Hal-hal yang diinformasikan oleh ayat di atas adalah; Proses turunnya hujan dimulai dari pembentukan awan tebal karena adanya dorongan angin sedikit demi sedikit. Para ilmuwan menjelaskan bahwa awan tebal bermula dari dorongan angin yang menggiring kawanan awan kecil menuju ke daerah pusat pertemuan awan

Pergerakan bagian-bagian awan ini menyebabkan bertambahnya jumlah uap air dalam perjalanannya terutama di sekitar pusarnya itu. (Tidakkah kamu melihat bagaimana Allah mengarak awan). Awan yang dimaksud di sini adalah awan tebal. Al-Quran juga menginformasikan bahwa angin berfungsi mengumpulkan bagian-bagian awan tersebut.
Dalam ayat lain dijelaskan




Kami meniupkan angin untuk mengawinkan, maka kami turunkan dari langit hujan dan sekali-kali bukanlah kamu yang menyimpannya (QS; Al-Hijr 15:22).

Kata mengumpulkan dalam ayat An-Nur di atas sama maksudnya dan ditafsirkan caranya oleh kata (mengawinkan) dalam ayat Al-Hijr ini. Hal ini berarti ada awan positf dan awan negatif yang digabung oleh angin sehingga menurunkan hujan. Coba kita cermati disini siapakah yang memberi tahu Nabi Muhammad Saw. Tentang proses tersebut Padahal hakikat ilmiah ini baru saja ditemukan oleh para ilmuwan
Selain yang disebut di atas, masih terdapat sederetan isyarat-isyarat Ilmiah Al-Quran yang dikemukakan oleh para pakar, yang tidak dirinci pada makalah yang sangat terbatas ini, seperti teori Big bang  dalam QS Al-Anbiya' : 30, Garis edar planet dalam  QS Al-Anbiya : 33 dan QS Yaasiin : 38, ilmu pesawat dalam QSArrahman :33. Dan masih banyak lagi yang semua isyarat itu bisa dipahami pada abad ini.

3. Aspek Prediksinya tentang Hal-Hal yang Ghaib.

a. Berita kemenangan bangsa Rumawi
Berita kemenangan bangsa Rumawi, Ahli Kitab, atas bangsa Persia, Kebenaran prediksi Quran pada surat Ar-Rum menjadi kenyataan, ketika kerajaan Byzantium Roma Timur setelah kalah akan menang kembali.


Alif Laam Miim. Telah dikalahkan bangsa Rumawi. di negeri yang terdekat dan mereka sesudah dikalahkan itu akan menang. dalam beberapa tahun lagi. Bagi Allah-lah urusan sebelum dan sesudah (mereka menang).
Ayat ini turun sekitar tahun 620 M, hampir 7 tahun setelah Kerajaan Persia mengalahkan Byzantium tahun 613-614. Kekalahan ini mengakibatkan Byzantium mengalami kerugian yang sangat besar sehingga saat itu tampaknya tidak mungkin akan bangkit. Dengan kekalahannya di Antioch tahun 613, Persia mengambil alih kekuasan di Damaskus, Sisilia, Tarsus, Armenia, dan Jerusalem. Kehilangan Jerusalem tahun 614 sangat berbekas bagi rakyat Byzantium karena tempat sucinya dikuasai oleh Persia. Selain itu bangsa Avars, slav, dan Lombards menjadi ancaman bagi kerajaan Byzantium. Bangsa Avar telah mencapai dinding Contantinopel. Melihat hal itu, Raja Heraclius memerintahkan emas dan perak dikumpulkan dalam gereja dan dilebur menjadi uang untuk membiayai perang. Ini saja belum cukup lalu mereka menggunakan perunggu untuk membuat uang. Banyak gubernur membakang terhadap perintah Heraclius, sehingga saat itu Byzantium di ujung tanduk kehancuran. Mesopatamia, Cicilia, Syria, Palestina, mesir, dan Armenia, yang sebelumnya dikuasai oleh Byzantium, telah jatuh ke Persia.
Singkat cerita, semua orang meramalkan bahwa Byzantium pasti akan hancur. Akan tetapi ayat Quran yang turun kemudian meramalkan bahwa Byzantium akan kembali menang/berjaya dalam kurun 3 sampai 9 tahun. Menurut orang Arab jahiliyah saat itu, prediksi itu sangat mustahil.
Seperti prediksi-prediksi Quran lainnya, kemenangan Byzantium menjadi kenyataan . Dalam tahun 622 M, Heraclius mendapat sejumlah kemenangan dan menguasai Armenia. Pada bulan Desember 627 M, kedua pasukan bertempur di dekat Nineveh, sekitar 50 km sebelah timur sungai Tigris, di Bagdad. Pertempuran ini lagi-lagi dimenangkan oleh pasukan Byzantium. Beberapa bulan kemudian Persia terpaksa menandatangani kesepakatan dengan Byzantium untuk mengembalikan daerah-daerah yang diambilnya.
Suatu informasi yang terungkap dengan turunnya surat ar-Rum itu adalah soal daerah yang saat itu tidak diketahui oleh seorang manusia pun: mereka akan dikalahkan di daerah terendah di muka bumi. Bahasa Arabnya adalah adna al-ard, banyak yang menterjemahkan sebagai daerah terdekat. Ini bukanlah makna tulisan, melainkan sebuah tafsiran. Kata adna diturunkan dari kata dani (rendah) , yang artinya daerah rendah. Sehingga adna al-ard berarti tempat terendah di muka bumi, yaitu di daerah Laut Mati. Maha Suci Allah.. daerah terendah itu baru diketahui setelah ditemukannya alat-alat pengukur di jaman modern ini.
Tiga negara yang membatasi daerah laut Mati adalah Jordania, Palestina, dan Syiria. Kedalaman daerah di sekitar laut mati adalah 394.6 m (1269 ft) di bawah permukaan laut. Di kedalaman 40 m kadar garam Laut Mati mencapai 300 gram garam/kilogram air laut. Orang bisa membaca sambil tiduran di air laut karena berat jenis Laut Mati lebih besar dibanding BJ manusia.
b. Berita tentang Utuhnya Jasad Fir’aun
Informasi yang tertuang di dalam Al Qur’an, mengenai Fir’aun yang hidup pada masa nabi Musa AS (setelah ia tenggelam di laut), dan keberadaan jasadnya yang masih utuh hingga hari ini, merupakan tanda-tanda kebesaran Allah SWT terhadap alam semesta ini.



"Maka pada hari ini kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan Kami." (QS. Yunus : 92)

Pada 1975, di Cairo (Mesir) berhasil dilakukan pengambilan salah satu sampel organ tubuh berkat bantuan dari Prof. Michel Durigon. Pemeriksaan yang sangat teliti dengan microscop, menunjukkan kondisi utuh yang sangat sempurna dari objek penelitian itu. keutuhan yang sangat sempurna seperti ini tidak mungkin terjadi andaikan jasad tersebut berada (tenggelam) di dalam laut selama beberapa waktu, bahkan sekali pun ia berada untuk waktu yang sekian lama di luar air, sebelum dilakukan langkah pengawetan pertama.
Pemerintah Prancis menawarkan diri untuk membantu meneliti jasad fir’aun.Pemimpin ahli bedah sekaligus penanggung jawab utama dalam penelitian mumi ini adalah Prof. Dr. Maurice Bucaille. Bucaille adalah ahli bedah kenamaan Prancis, dan pernah mengepalai klinik bedah di Universitas Paris. Hasil akhir yang diperolehnya sangat mengejutkan. Sisa-sisa garam yang melekat pada tubuh mumi adalah bukti terbesar, bahwa dia mati karena tenggelam. Jasadnya dikeluarkan dari laut, dan kemudian di balsem untuk segera dijadikan mumi agar awet.
Penemuannya itu masih mengganjal dalam pikiran sang professor. Bagaimana jasad tersebut bisa lebih baik dari jasad-jasad mumi yang lain, padahal dia dikeluarkan dari laut?
Dalam pengecekan itu, tim medis berupaya mengetahui sebab di balik kematian ‘ekspress’ akibat adanya memar di bagian kepala tengkorak. Jelas pada setiap penelitian ini sangat sesuai dengan kisah-kisah yang terdapat di dalam kitab-kitab suci, yang menyiratkan bahwa Fir’aun sudah mati saat ombak menelannya.

Penelitian yang dilakukan para ilmuan pada abad ini, membuktikan bahwa adanya kesesuaian antara Al-Qur’an dan kejadian-kejadian serta teori-teori ilmiah sehingga Al-Qur’an dapat menembus waktu dan tempat, walau Al-Qur’an diturunkan pada empat belas abad yang lalui tetapi tetap up to dete.
Pemahaman terhadap isi al-quran  akan didapat dengan penafsiran secara ilmiah atau yang kita kenal Tafsir ilmi, tafsir ilmi dilakukan untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi pada masa sekarang.
Kelebihan tafsir ilmi adalah :
1.      Menjawab tantangan zaman
2.      Praktis dan sistmatis
3.      dinamis
4.      Membuat pemahaman utuh
Kekurangan tafsir ilmi adalah :
1.      Memenggal ayat al-Qur’an
2.      Membatasi Penafsiran

C.   PENUTUP

Dalam penutup ini kita mungkin harus sependapat dengan Quraish Shihab untuk membumikan Al-Qur’an dan menjadikannya mampu menyentuh realitas kehidupan. Manusia akan terus berubah dalam dinamika yang tidak pernah surut. Sedang Al-Qur’an harus tetap menjalankan fungsinya sebagai petunjuk dan ‘pengatur’ kehidupan manusia. Sebab Al-Qur’an adalah petunjuk bagi umat manusia sebagai penyempurna dari kitab-kitab suci sebelumnnya, sehingga Al-Qur’an selalu sesuai dengan waktu dan tempat.
Dari uraian pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa :
1.      Al-Qur’an merupakan kitab suci yang diturunkan Allah swt kepda Nabi Muhammad saw, sebagai petunjuk umat manusia dari kegelapan dan menunjukkan kepada jalan yang lurus. Pemahaman atasnya tidak pernah berhenti ataupun monoton, tetapi terus berkembang secara dinamis mengikuti pergeseran zaman dan putaran sejarah. Inilah yang sebab tiap generasi ingin selalu “mengkonsumsi” dan menjadikan al-Qur’an sebagai pedoman hidup, bahkan kadang-kadang sebagai legitimasi bagi tindakan dan perilakunya.
2.      Mukjizat keilmiahan Al-Quran berarti bukan terdirinya atau karena cakupannya atas teori-teori ilmiah yang selalu terbaharui dan berganti sesuai dengan kemampuan dan usaha manusia. Akan tetapi letaknya pada perintah untuk berfikir yang menyuruh manusia untuk tadabbur dan berfikir hingga tidak lumpuh dan mandeg pikirannya.
3.      Umat Islam hendaknya menjadi pelopor dan mampu mengambil dan menggali rahasia-rahasia yang terkandung dalam Ayat-ayat Al-Qur’an sehinnga tidak terkesan ayat-ayat ini hanya menjadi alat pembenar terhadap teori-teori yang ditemukan oleh Barat, tetapi seharusnya ayat-ayat Al-Qur’an menjadi inspirasi bagi kaum muslimin dalam menemukan teori-teori baru berdasarkan Al-Qur’an untuk kehidupan.
4.      Untuk mendapat keilmiahan Al-qur’an maka perlu Tafsir ilmi terhadap al-Qur’an
Sekian pemaparan makalah tentang Al-Qur’an dapat selalu sesui dengan waktu dan tempat. Semuaga bermanfaat.Allahu A’lam bisshowab



DAFTAR KEPUSTAKAAN


Ash-Shobuni, Ali, Pengantar Ilmu-Ilmu al-Qur’an,al-ikhlas, Surabya,1983
Ash-Shiddiqy, Hasbi, Prof.Dr., Sejarah Pengantar Ilmu al-Qur’an / Tafsir, Bulan Bintang, 1992
Assrafil Anawar. Makalah Tifsirul Ilmi, 2000
Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnya, Penerbit Al-Hidayah,Surabaya, 1998
Kencana,Inu, Pengantar Filsafat, Rafika aditama,Bandung, 2007
Muhaimin, Prof ,Dr, Kawasan dan Wawasan Studi Islam,Kencana, Jakarta,2005
Quraish Shihab,Membumikan Al-Qur’an, Mizan, Bandung 1994