Senin, 26 Maret 2012

DIKHOTOMI PENDIDIKAN ISLAM


DIKHOTOMI PENDIDIKAN ISLAM
(Sebuah kekalahan umat Islam dalam Ghazwul fikr)
A.Pendahuluan
Istilah dihotomi pendidikan sudah menjadi bahan diskusi diantara cendikiawan muslim sejak dahulu, hal ini berawal dan dilatarbelakangi oleh paham sekularisme yaitu paham dan pemikiran pemisahan antara kehidupan dunia dan akhirat, wahyu dan akal, sehingga merembet kepada ilmu pengetahuan yang kemudian dibagi menjadi ilmu agama dan ilmu umum, pemisahan seperti ini tak lepas dari perang pemikiran yang dihembuskan oleh Barat ketika menjajah dunia Islam dulu,agar dunia Islam tetap menjadi bangsa terjajah dan bodoh.
Dihotomi pendidikan yang dihasil dari paham sekularisme ini berkembang di barat kemudian diamini oleh praktisi pendidikan di dunia Islam lebih khusus lagi di Indonesia, padahal sekularisme lahir akibat adanya pemberangusan dan pengekangan ilmu pengetahuan di barat yang dilakukan agama Kristen, semua produk ilmu pengetahuan harus tunduk dan sesuai dengan pemahaman gereja, kita tentu ingat bagaimana galeleo galelei harus mati karena kecerdasannya mempertahankan hasil pemikiranny a. Saat itu para tokoh agama dan dosen-dosen universitas di seluruh Italia mengganggap ajaran Aristoteles dan Ptolemeus adalah ajaran yang paling benar. Karena, mereka salah menafsirkan sepenggal ayat yang terdapat dalam Kitab Suci. Sementara itu, Galileo tetap mempertahankan teorinya dan mendukung teori Copernicus yang mengatakan bahwa matahari adalah pusat tata surya. Akibatnya, ia ditangkap para tokoh agama, diadili, dan dijatuhi hukuman sebagai tahanan rumah. Galileo meninggal pada usia 78 tahun di Arcetri pada tanggal 8 Januari 1642 karena demam. Pengekangan terhadap ilmu pengetahuan atas nama agama inilah yang menimbulkan gerakan pemisahan agama dan dunia yang kita kenal gerakan sekularisme yang berkembang di dunia barat. Gerakan ini dianggap menjadi motor penggerak Barat mencapai puncak kemajuan, sehingga untuk mencapai kemajuan umat Islam harus mengadopsi pemikiran yang terjadi di barat.Di Indonesia proses dikhotomi pendidikan sangat berhasil salah satu contoh nyata kalau sekolah-sekolah berada di bawah naungan Kementrian Pendidikan Nasional sedangkan Madrasah berada di bawah Kementrian Agama, inilah sisa sisa kolonialime yang ada di Indonesia.
B. Dikhotomi Pendidikan Islam
Apa yang terjadi di Barat berbeda dengan dunia Islam, perbedaan tersebut  bisa dapat kita pelajari bahwa Islam tidak mengenal dikhotomi pendidikan,  setidaknya bisa kita tinjau dari dua aspek yaitu aspek dogmatik dan sejarah.
1.Aspek Dogmatik keagamaan,
Aspek domatik ini penulis mengajak pembaca untuk membuka kembali mengkaji al-Quran dan Hadits Nabi Muhammad. SAW. Berapa puluh ayat al Quran  yang menganjurkan untuk belajar, meneliti dan mengkaji, bahkan Ayat yang pertama adalah perintah untuk membaca yang oleh ulama tidak hanya ditafsirkan sebagai perintah  membaca ayat-ayat quraniyah juga ayat-ayat kauniyah yang bertebaran di alam semesta,satu lagi ada ayat dalan QS. Arrahman :yang  isinya Allah memberi isyarat terhadap jin dan manusia untuk menembus langit dan bumi dengan kekuatan yang ditafsirkan oleh para ulama bahwa kekuatan itu adalah iman dan ilmu, dan dalam kontek kekinian manusia sudah bisa menembus dan berjalan di ruang angkasa dan perut bumi dengan kekuatan ilmu dan tekhnologi, dan banyak lagi ayat ayat yang berbunyi afalaa tubsyirun, afalaa ta’qiluun,afalaa tatafakkaruun yang semuanya mengajak kita untuk membaca, mengkaji, meneliti ayat ayat quraniyah dan ayat ayat kauniyah yang ada  
Dalam  hadistpun dapat kita ketahui bahwa nabi Muhammad SAW sangat mencintai ilmu pengetahuan, banyak hadist yang memotivasi kita untuk mencari ilmu, salah satunya adalah hadist yang menganjurkan kita mencari ilmu bahkan sampai ke negeri Cina, tentu nabi Muhammad SAW tidak sembarangan menyebut Cina karena Cina saat itu menjadi pusat peradapan dunia sampai saat ini, tentu juga Beliau tidak menyuruh ke Cina untuk belajar agama karena masyarakat Cina penganut Hindu, Budha dan Konfuse, Nah kalau demikian tentu kita disuruh balajar selain ilmu agama kesana, dan dalam kontek kekinian kita dianjurkan untuk belajar ke pusat peradaban dunia dalam hal ini Amerika dan Eropa, sebagaimana Eropa belajar ilmu kepada umat Islam melalui Andalusia (Spanyol), bahkan tertulis dalam tinta emas sejarah bahwa umat Islam adalah guru dari orang Eropa, Eropa tidak akan mengalami renaissance dan afklarung kalau tidak belajar ilmu pengetahuan kepada umat Islam Andalusia.
2. Aspek Sejarah Peradaban Islam
Dalam perkembangan sejarah ilmu pengetahuan, Islam selalu memotivasi dalam pengembangan ilmu pengetahuan berapa puluh ayat al-Quran dan hadits nabi yang memotivasi kita untuk mencari ilmu, Bagaimana gandrungnya Khalifah alMakmun terhadap ilmu sehinnga beliau mendirikan perpustakaan Al-Hikmah yang menjadi pusat kegiatan pengembangan ilmu pengetahuan saat itu, dalam sejarah tertulis banyak ilmuan muslim yang menguasai berbagai disiplin ilmu pengetahuan umum dan agama,dalam sejarah kita kenal Ibnu Sina, ibnu Khawarism,Ibnu Rusd yang tiada bandingnya sampai saat ini.
Teladan seperti beliau-beliaulah yang seharusnya menjadi contoh ideal bagi umat Islam dalam memandang pendidikan, karena Islam tidak mengenal pemisahan antara ilmu agama dan umum karena keduanya  dianjurkan menguasai keduanya dalam agama Islam, sejarah peradapan Islam yang gemilang pada masa lampau tak lepas dari adanya pemahaman yang menyeluruh terhadap ilmu, kalau tidak, kita akan terus mengalami kemandekan dalam berbagai aspek kehidupan. Umat Islam akan sulit bangkit mencapai kejayaan seperti dulu lagi, kebangkitan Islam hanya menjadi bahan diskusi yang kering makna tanpa ilmu pengetahuan, al-quran akan selalu menjadi pembenaran terhadap hasil kajian umat lain sambil kita berkata, “oh.. itu ada dalam al-Quran”, al-Quran  bercerita alam semesta, bumi atmosfir manusia  dan sebagainya tapi celakanya yang menemukan teori-teori semua itu adalah umat lain, kita bangga naik pesawat, naik mobil mewah, sepeda motor, punya hape, padahal bukan kita yang membuat, kita hanya menjadi pemakai atau korban dari bangsa yang maju.
C.  Solusi
Solusi yang bisa  ditawarkan oleh penulis antara lain :
1.      Tataran konsep
Perlu perubahan cara berpikir dan memandang Pendidikan Agama Islam dari umat Islam sendiri,kalau saat ini banyak yang beranggapan bahwa ilmu agama dan umun itu berada pada dua kutub yang berbeda, maka mulai saat ini kita ubah pemahaman yang keliru tersebut,  bahwa Pendidikan Agama Islam itu terdiri dari ilmu-ilmu Tanziliyah (keagamaan) yang bersumber pada dogma-dogma agama yang mempelajari tentang ibadah dan lain sebagainya, yang bertujuan  untuk melaksanakan fungsi  pertama manusia sebagai hamba Allah, tapi pada sisi lain ada ilmu-ilmu kauniyah yang bersumber dari penelitaian dan pengkajian alam semesta dan isinya untuk menuntaskan fungsi kedua  manusia sebagai khalifatullah di muka bumi ini, kalau keduanya diintegrasikan maka dengan izin Allah umat Islam akan mengalami kebangkitan dan kemajuan dan akan memegang peran sebagai umat pelopor dan bukan pengekor . dan keduanya menurut hemat penulis seperti dua sisi mata uang logam yang tidak bisa dipisahkan sampai kapanpun.
 Pemahaman atau paradigma masyarakat tentang pemisahan “ilmu-ilmu agama” (al-‘umum al-diniyyah atau religious sciences) dengan “ilmu-ilmu umum” (general sciences) dapat dipatahkan dengan cara bahwa pemisahan (pengdikotomian ini) hanyalah sebuah wujud “historical accident (kesalahan sejarah)” proses ideologisasi penyebaran keislaman
2.      Tataran Aplikasi, 
Pemahaman terhadap konsep tadi perlu diaplikasikan dalam proses pendidikan agar umat Islam kembali bangkit dari tidur panjangnya. Harus ada niat dan usaha yang kuat dan nyata dari seluruh praktisi pendidikan islam dan adanya political will dari pemerintah untuk kembali kepada pemahaman tidak ada parsialisasi dalam pendidikan Islam, Dan dewasa ini mulai nampak ada perubahan kearah sana. Perguruan Tinggi Islam sudah sudah membuka berbagai disiplin ilmu juga, ada Fak Saintek, Fak Kedokteran, Fak Komunikasi, Fak Ekonomi, Fak Pertanian, disamping ada Fak Tarbiyah, Fak Adab dan Fak Syariah, dan Alhamdulillah di Indonesia paradigma ini sudah dikembangkan oleh UIN seluruh Indonesia, dan banyak pondok-pondok pesantren melakukan hal yang sama tanpa meninggalkan ciri khas kepesantrenan. Dan kita menunggu perubahan yang terjadi nanti sekolah dan madrasah berada pada satu atap yaitu di bawah Kementerian Pendidikan Nasional Indonesia, Dan dewasa ini juga ada pemikiran bagaimana cara mengitegrasikan nilai nilai agama dalam ilmu umum dalam satu paket kurikulum pendidikan, sehingga ilmu pengetahuan tidak kering dari nilai agama,

D.  Kesimpulan
Untuk kembali mencapai puncak kejayaan umat Islam, maka perlu adanya pemahaman ulang bahwa Islam tidak mengenal  istilah dikhotomi pendidikan, hal itu bisa ditinjau dari aspek dogmatik keagamaan dan perjalanan sejarah peradaban Islam, kalau Barat meninggalkan Agama Kristen menjadi maju, tapi sebaliknya umat Islam meninggalkan ajaran Islam menjadi mundur.karena banyak ditemukan fakta sejarah bahwa Bible tidak ilmiah, tetapi Al-Quran sudah teruji keilmiahannya dan sesuai dengan perkembangan zaman, maka perlu adanya restrukturisasi pemahaman pendidikan Islam dan diaplikasikan dalam satu kurikulum yang integrated yang dilaksanakan dalam satuan pendidikan, sehingga menghasilkan alumni yang paripurna yaitu alumni yang beriman sempurna berilmu luas dan beramal sejati.

E.     Penutup
Demikianlah makalah tentang dikotomi dan dualisme pendidikan dengan berbagai keterbatasan referensi yang ditemui dan keterbatasan kemampuan analisa pemakalah. Tataran konsep dikotomi akan menimbulkan dulaisme pendidikan pada tataran praksis yang pada berikutnya akan menimbulkan keterpurukan hasil dalam pendidikan.















DAFTAR PUSTAKA
Amin, Abdullah,Menyatukan kembali Ilmu-ilmu Agama dan Umum. Yogyakarta: Suka Press IAIN Sunan Kalijaga,2003.
Harun Nasution, Pembaharuan Dalam Islam Sejarah Pemikiran dan Gerakan, Jakarta, Bulan Bintang, 2003,
Jasa Ungguh Muliawan, Pendidikan Islam Integratif: Upaya Mengintegrasikan Kembali dikotomi Ilmu dan Pendidikan Islam (Cet. I: Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005